Catatan Akhir Tahun (V)
SEKULARISASI KULTURAL DAN DIFERENSIASI SOSIAL DI
PERSYARIKATAN
Oleh: Aya S Miza
(Anggota Majelis Tabligh PWM SUMBAR)
Terjadinya pergeseran nilai dalam masyarakat sebagai akibat
perputaran sosial. Dalam menanggapi pergeseran itu Muhammadiyah tetap berpegang
teguh pada fungsinya sebagai Gerakan Da’wah Islam Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.
Namun akibat dari pergeseran nilai itu, bagi Muhammadiyah
bukanya tidak ada. Hal itu disebabkan karena adanya kecendrungan diferensiasi
sosial dan sekularisasikultural dalam setiap perubahan sosial yang
pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku manusia, sebagai individu maupun
sebagai kelompok cukup kuat.
Sekularisasi kultural menimbulkan kecendrungan pragmatisme
dalam Muhammadiyah. Sehingga dimensi agama makin kurang memperoleh perhatian
dan sekedar ditempatkan sebagai formalisme dan symbol gerakan. Hal itu
menyebabkan mengapa perkembangan yang pesat dalam Muhammadiyah terletak pada sector-sektor
amal usaha, dimana penyimpangan dari kaidah-kaidah Tarjih (ada kesan) lebih
ditolerir daripada di aselon pimpinan.
Sedangkan pada sektor kepemimpinan mengalami sedikit
kelesuan karena tidak mampu menjawab masalah-masalah yang ditimbulkan oleh
perubahan sosial itu. Fenomena yang kita lihat kemudian adalah makin lebarnya
kesenjangan antara Institusi kepemimpinna dengan sektor amal-usaha, atau
Pimpinan Muhammadiyah tidak lagi mempunyai kewibawaan terhadap Amal Usahanya
sendiri.
Differensiasi Sosial menimbulkan personalisme. Citra kepemimpinan
Muhammadiyah sebagai Imamah dan Jama’ah makin berkurang. Yang menonjol adalah
individu sehingga kepemimpinan dalam Muhammadiyah cenderung menjadi personal. Dari
sudut inilah seharusnya kita menganalisa, mengapa kesetiaan anggota (bahkan
Muballigh dan beberapa diantara angggota pimpinan sendiri) terhadap
persyarikatan makin lama makin berkurang karena kurang adanya kepemimpinan yang
memiliki daya pikat yang menghubungkan antara ide persyarikatan dengan anggota.
Wallahul Musta'an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar