Catatan Akhir Tahun (VIII)
MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
DAN PAMEO MASA LALU
Oleh: Aya S Miza
Anggota Majelis Tabligh PWM SUMBAR
Tidak seorangpun akan
membantah, bahwa Muhammadiyah adalah sebuah organisasi sosial keagamaan yang
tumbuh dan berkembang begitu pesatnya di Minagkabau, bila dibandingkan dengan
pertumbuhan dan perkembanganya di tempat lahirnya sendiri. Sehingga timbul pameo;
Muhammadiyah lahir di Yogya, dibesarkan di Minangkabau.
Pameo ini punya rujukan
sejarah yang benar dan jelas, namun pameo itu kemudian sudah tinggal pameo
saja. Kebesaran dan pertumbuhan yang pesat itu semakin hari semakin memudar dan
mungkin sekarang tinggal sebagai sebuah mitos.
Mitos, sesuatu yang diyakini
dan dipercaya, dulu, tetapi tidak memberikan bekas yang nyata pada hari ini.
Sebagaimana juga layaknya adagium adat Minangkabau; adat basandi syara’
syara’ basandi kitabullah, yang kini juga menjadi sebuah mitos, bukan lagi
suatu kenyataan yang berlaku secara menyeluruh dalam kehidupan masyarakatnya
sampai hari ini.
Mungkin saja ungkapan bahwa
Muhammadiyah dibesarkan di Minangkabau hanya tinggal sebagai sebuah mitos agak
berlebihan, terlalu mengada-ngada, memancing-mancing persoalan, atau dapat
membangkitkan kemarahan, namun ungkapan yang menyakitkan itu bukan pula suatau
yang tidak beralasan.
Apa yang telah dilakukan oleh
orang Muhammadiyah -julukan dan panggilan yang paling akrab dan enak diucapkan
dan didengar oleh orang Minangkabau terhadap warga Muhammadiyah- jelas tidak
akan dapat dihitung dengan jari. Semuanya bersuluh matahari, bahwa Muhammadiyah
telah memberikan sumbangan yang sangat besar, tidak hanya dalam bidang
kemasalahatan umum melalui program-program PKU-nya, tidak hanya dalam bidang
pendidikan melalui sekolah-sekolah yang tersebar sampai ke pelosok-pelosok
negeri, tetapi yang lebih terpenting dari semua itu adalah sikap dan pembaruan
pemikiran yang dibawanya ke tengah masyarakat Islam.
Pembaruan pemikiran yang
dibawanya telah memberikan andil yang besar sekali ketika umat Islam ditantang
untuk menjawab perubahan dan
perkembangan zaman, para pemikir Islam apakah mereka secara resmi atau tidak
sebagai anggota Muhammadiyah, yang jelas warna pemikiran Muhammadiyah telah
merasuki berbagai cara berfikir mereka.
Muhammadiyah berusha
merasionalkan ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, saat ummat
terkurung dalam fanatisme. Taqlid yang menyebabkan terjadinya
pembodoh-pembodohan. Munculnya tokoh pemikir Islam dari perut Muhammadiyah
sebagai pelopor mempunyai dampak besar sekali dalam dinamisasi kehidupan
beragama, terutama dalam pemikiran-pemikiran kearah kemerdekaan.
Walaupun tidak pula dapat
dikesampingkan bagaimana perbenturan yang terjadi antara orang-orang
Muhammadiyah dengan umat Islam lainya, namun perbenturan itu pulalalah yang
kemudian memperjelas bagaimana cara berfikir dan cara bersikap orang
Muhammadiyah dengan ummat Islam lainya. Mulai dari masalah-masalah khilafiyah
sampai pada masalah-masalah aqidah.
Masa-masa itu seperti itu,
adalah masa keemasan bagi gerak dan langkah Muhammadiyah. Orang-orang Muhammadiyah,
anggotanya, pengurusnya, dan pemimpinya, jadi panutan dan rujukan, sekaligus
sebagai penggerak berbagai sektor kehidupan sosial kemasyarakatan.
Sekolah-sekolah dibuka sampai ke kampong-kampung, asrama-asrama yatim,
rumah-rumah sakit berdiri seperti cendawan tumbuh. Para dermawan dan
orang-orang kaya saling berlomba mewakafkan tanah dan hartanya kepada gerakan
Muhammadiyah. Buku-buku Agama diterbitkan, penulisan-penulisan marak, para
ulama, ilmuwan, budayawan bersatu padu berfikir, berdialog tentang berbagai
masalah.
Semua itu dapat terjadi
karena, waktu itu, orang-orang Muhammadiyah bersikap terbuka, kritis,
demokratis, dan egaliter. Muhammadiyah dalam kepengurusanya di Minangkabau
tidak mengenal pengurus yang berdarah biru tetapi semua orang adalah sama.
Muhammadiyah tidak hanya diurus oleh para Ulama, ustadz-ustadz, tetapi juga
diurus oleh wali nagari, ketua pemuda kampong, para budayawan, dan seniman. Ketika
itu orang-orang Muhammadiyah sama sependapat, bahwa organisasinya adalah sebuah
kapal yang boleh ditompangi siapa saja untuk mencapai tujuanya; baldatun
thayyibatun wa rabbul ghafur.
Ketika zaman beralih dan
msuim berganti, dengan berbagai alas an sosial, politik dan ekonomi, lambat
laun Muhammadiyah seperti kehilangan “api”, kehilangan “semangat” dan kehilangan
“daya” pikat. Dari suatu perjalanan sejarah yang tidak begitu lama (setelah
masa kemerdekaan sampai sekarang) perkembangan Muhammadiyah di Minangkabau
seperti mengalami pasang surut.
Mungkin saja selama masa itu
jumlah sekolah-sekolah, panti asuhan, rumah sakit dan masjid bertambah, tetapi
“produk” yang dilahirkanya berupa tokoh-tokoh pemikir Islam baru, yang lebih
dinamik, lebih kritis, dan berwawasan luas serta punya sikap keIslaman yang
kuat tiadalah memuaskan.
Bila dibandingkan dengan
masa-masa sebelum sarana pendidikan itu begitu banyak, justru tokoh-tokoh yang
dilahirkan oleh Muhammadiyah kemudian adalah tokoh-tokoh “status quo”
yang mempertahankan kedudukan dalam kepengurusan dalam keorganisasian yang
bernama Muhammadiyah. Hal ini dapat diikuti dari berbagai pernyataan
tokoh-tokoh Muhammadiyah yang begitu ngotot mengatakan bahwa Muhammadiyah itu
tidak berpolitik !
Pernyataan itu adalah
pernyataan dari tokoh-tokoh Muhammadiyah yang ketakutan karena dirongrong dan
ditekan oleh sebuah kekuasaan. Padahal dulu, di zaman Belanda sekalipun,
Muhammadiyah pada hakikatnya adalah organisasi politik yang paling tangguh
dengan peti kemas yang memikat ; kemashlahatan umat.
Pada hakikatnya, semua
organisasi Islam adalah organisasi politik dalam pengertian yang luas dan kompleks,
karena ajaran Islam tak memberi batas antara masalah sosial dan politik. Semua
harus menyatu dan mengkristal. Namun tokoh-tokoh Muhammadiyah yang datang
kemudian mencanangkan, bahwa Muhammadiyah bukanlah organisasi politik. Suatu
sikap yang dipertanyakan kembali. Benarkah orang Muhammadiyah, atau ajaran Nabi
Muhammad SAW yang diikutinya itu memisahkan antara kegiatan social dan politik
?
Orang Muhammadiyah sepeti
kehilangan nyali untuk mengatakan organisasinya sebagai organisasi yang
kompleks dan lengkap; sebuah organisasi yang kegiatanya mencangkup berbagai
aspek sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Mana ada orang Muhammadiyah
mengajarkan, bahwa Islam hanya untuk beribadah saja. Bila mau jujur, justru
Muhammadiyalah yang ikut memberikan kesadaran berpolitik kepada bangsa ini.
Selanjutnya, persoalan yang
dihadapi Muhammadiyah ke depan cukup rumit. Pada satu sisi orang Muhammadiyah
ingin mengembalikan ciri Muhammadiyah sebagai organisasi panutan, seperti dulu.
Namun mereka tidak dapat menembus sekat-sekat yang ada pada dirinya. Orang
Muhammadiyah sekarang terlalu ekslusif. Seakan mereka saja yang boleh masuk
sorga. Pada waktu tertentu orang Muhammadiyah harus pula ditandai oleh kartu
tanda Anggota (bukankah hal itu sebagai salah satu cirri dari sebuah partai
politik?).
Bahwa Muhammadiyah akan
tinggal menjadi sebuah mitos dapat dilihat dari system-sistem pendidikan
sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ada, dan karena system pendidikan itulah dulu
salah satu yang membedakan Muhammadiyah dengan organisasi lainya. Sekarang
umumnya, sistem pendidikan mengikuti system pemerintah, yang kita tahu semua,
bahwa sistem itu adalah perpanjangan dari sistem colonial yang dulu sangat
ditentang oleh Muhammadiyah. System pendidikan yang berlangsung di sekolah-sekolah
Muhammadiyah sekarang sama sebangun dengan system pendidikan sekolah
pemerintah. Muhammadiyah sudah meninggalkan prinsip-prinsip pendidikanya.
Jadi, dapat dikatakan, saat Muhammadiyah meninggalkan prinsip dan ciri
pendidikanya, pada saat itulah awal Muhammadiyah ditinggalkan dan kemudian akan
tinggal hanya sebagai sebuah mitos. Muhammadiyah sekarang kehilangan keberanian
untuk memberikan fatwa sehingga tidak lagi memberikan makna bagi kehidupan
bersama.
Jika Muhammadiyah tidak mau hanya akan dijadikan sebagai mitos masa
lalu, dua hal pokok yang harus dipermasalahkan kembali adalah tentang cara
berfikir dan cara bersikap dari tokoh dan orang-orang Muhammadiyah terhadap
lingkungan, perkembangan, dan problematik masyarakatnya. Wallahua’lam. (WH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar