Rabu, 15 November 2017

105 Tahun Muhammadiyah: KEMBALI KE KHITTAH AWAL



105 Tahun Muhammadiyah: KEMBALI KE KHITTAH AWAL
Oleh: Aya S Miza
Anggota Majelis Tabligh PWM SUMBAR



Dikatakan oleh para ahli sejarah, bahwa agama Islam datang di Indonesia dalam keadaan tidak murni lagi, karena telah bercampur aduk dengan ajaran-ajaran di luar Islam. Baik itu datang dari ajaran di luar agama Islam maupun tradisi masyarakat setempat yang bertentangan dengan Islam.

Aqidah umat Islam Indonesia sudah tidak sesuai dengan Aqidah Islam yang benar. Amalan-amalanya sudah bercampur dengan bid’ah, khurafat, tahayul, dan sebagainya. Alam cakrawala Indonesia masa itu diliputi oleh kabut kebodohan dan kemiskinan. Ummat Islam hidup dalam alam kekolotan dan kebekuan ajaran agamanya yang murni. Bangsa Indonesia hidup sebagai bangsa yang tertindas oleh penjajah. Keadaan seperti inilah yang mendorong berdirinya Muhammadiyah.

Muhammadiyah dan KHA Dahlan

Muhammadiyah berdiri di Indonesia disebbaka oleh dua factor. Factor subyektif dan factor obyektif.

Factor subyektif adalah pribadi pendiri Muhammadiyah. Yaitu KHA Dhalan dengan faham dan keyakinnaya akan agama serta hasil penghayatan dan pengamalanya, sehingga membnetuk keyakinan dan cita-cita hidupnya. Beliau lahir di tengah-tengah keluaga yang taat beragama Islam. Beliau terkenal sebagai pemuda yang cerdas dan bebas dalam berfikir.

Setelah dewasa beliau banyak menerima pengajaran dari para Ulama Tajdid yang bersemboyan “kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits Syarif”, baik secara langsung maupun dengan membaca majalah-majalah yang mereka terbitkan, misalnya “al-Manar” oleh Syaikh Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha dan sebagainya.

KHA Dahlan berfaham, bahwa agama Islam adalah “Risalah Allah” atu pesan pengarahan dari Allah bagi manusia yang mengatur tentang hidup dan kehidupanya di dunia dan akhirat. Jadi agama Islam adalah konsepsi hidup dari Allah yang harus ditegakan di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu orang-orang Islam harus dibina kepribadianya dan diatur kehidupanya dalam suatu organisasi yang rapi yang berintikan sebagai Gerakan Islam, Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dan Tajdid, sesuai dengan yang tersirat dalam Qur’an surat Ali Imran 104.

Sedangkan factor obyektif adalah kenyataan yang ada pada masyarakat khususnya masyarakat Islam Indonesia dimasa itu dalam hubunganya dengan ajaran Agama Islam. Keadaan masyarakat Islam pada masa itu yang semakin jauh dari ajaran Agama Islam yang murni. Pendidikan yang diselenggarakan ummat Islam pada masa itu belum menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat. Ulama dan Kiyai dalam memahami Islam masih sangat tradisional, sepotong-sepotong, dan kaku. 

Muhammadiyah Jayalah Selalu 
 
Akhir-akhir ini banyak kritikan yang ditujukan kepada Muhammadiyah, baik itu datang dari dalam maupun dari luar, baik yang bersifat konstruktif maupun yang bersifat destruktif. Akan tetapi semua itu diterima dengan lapang dada. Dalam artian baik ataupun buruk kritik itu oleh Muhammadiyah diterima dan dijadikan alat untuk introspeksi diri.

Memang benar, jika dikatakan bahwa Muhammadiyah saat ini mengalami kelesuan-kelesuan di berbagai bidang. Bahkan para pimpinan Muhammadiyah sendiri mengakui, bahwa saat ini kita perlu meMuhammadiyahkan kembali Muhammadiyah. Akan tetapi sejak berdirinya hingga sekarang Muhammadiyah belum berpindah dari prinsip utamanya, yakni sebagai Gerakan Islam, Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dan Tajdid.

Muhammadiyah tetap memerangi kemiskinan, kebodohan, dan kekafiran. Menyampaikan dakwah dengan hikmah dan pengajaran yang baik. Namun caranya yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan masyarakat. (ASM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar