Catatan Akhir Tahun (X):
GERAKAN PEMURNIAN DAN PEMBAHARUAN DI SUMATERA BARAT (I)
Oleh: Aya S Miza
Anggota Majelis Tabligh PWM SUMBAR
Sebelum Ide pembaharuan datang
ke Indonesia, di Minangkabau telah dahulu masuk gerakan pemurnian wahabiyah. Ide
ini dibawa oleh haji yang pulang dari Makkah, mereka adalah Haji Miskin, Haji Piobang,
dan Haji Sumanik. Mereka pulang dari Makkah sekitar tahun 1803 M. Faham-faham
dan ajaran agama yang terpengaruh oleh ajaran wahabiyah inilah yang mereka
sebarkan di Minangkabau. Maksudnya adalah untuk membersihkan masyarakat dari
pada adat-adat yang merusak, misalnya mengadu ayam, meminum minuman keras, dan
sebagainya. Mereka melakukan perombakan secara radikal.
Setelah faham wahabiyah ini
disebarluaskan di Minangkabau, maka beberapa tahun kemudian timbulah perang
antara mereka dengan pemerintahan kolonial Belanda, yang menggunakan kesempatan
itu dengan dalih membantu kaum adat untuk melebarkan sayap penjajahanya, ketika
penjajah bercokol di daerah ini para ulama masih tetap mengembangkan ajaranya
lewat ulama-ulama yang ketika itu disebut kaum muda dengan melalui jalur
pendidikan, pengajian, ceramah, dan pesantren yang dinamakan Sumatera Thawalib,
dan juga menerbitkan banyak majalah.
Haji Miskin dengan faham
Wahabinya telah memberikan tekanan baru bagi pergerakan pembaruan umat Islam di
Indonesia, tegas menggali api ajaran Islam, memberantas khurafat dan bid’ah. Gerakan
ini tidak hanya berhenti sampai disini, tetapi sampai meluas ke daerah-daerah
lain, seperti; Jambi, Palembang, Sumatera Timur, Tapanuli, Bengkulu dan
Lampung. Ketika itu madrasah-madrasah modern mulai bertumbuhan.
Di Jawa sebagai penggerak
Islam baru lahirlah perkumpulan “Jamia’atul Khair” sekitar tahun 1905. Dari tempat
itu KHA Dahlan pimpinan pertama perkumpulan Muhammadiyah dan orang terpelajar
lainya mengenal bacaan kaum reform yang didatangkan dari luar negeri. Tidak lama
sesudah itu KHA. Dahlan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah di Yogyakarta,
pada tahun 1912. Kemudian berdiri Al-Islam wal Irsyad di Jakarta, tahun 1914,
Persatuan Islam (Persis) di Bandung, pada tahun 1923 dan persatuan umat Islam
di Majalengka. Semua itu berdasarkan ajaran salaf atau reform.
Gerakan yang lain yang
mempunyai dasar yang sama dengan Muhammadiyah dalam arti menegakan ajaran salaf
ialah Persatuan Islam (Persis), dengan A. Hasan sebagai penggerak dan
pemukanya. Beliau terkenal sebagai salah seorang ulama yang beraliran reform,
radikal dalam memutuskan hukum Islam, dan tujuan organisasi ini adalah
melaksanakan berlakunya hukum-hukum Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah dalam masyarakat, menghidupkan jiwa, jihad, dan ijtihad, membasmi bid’ah,
khurafat, dan tahayul, taqlid dan syirik, memperluas tabligh dan dakwah Islam
kepada seluruh masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar