Senin, 10 Februari 2020

GERAKAN ILMU (IV)

GERAKAN ILMU (IV) 
 



Pak Amin Abdullah (Mantan Ketua Majlis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah) menawarkan, saatnya bagi Muhammadiyah untuk melakukan fresh ijtihad yaitu ketika Muhammadiyah berfikir tentang masalah keagamaan tidak bisa lagi hanya mengandalkan pendekatan monolitik agama, tapi sudah saatnya untuk menggandeng sekaligus melibatkan social science. 

·        Sosiologi, antropologi dan sejarah menjadi bagian dari pemikiran keagamaan sekaligus,
·        Sains, bio–etika, bio-teknologi, juga masuk dalam pemikiran keagamaan,

Selama ini ijtihad hanya sekadar recycling – mengulang-ngulang intern dalam agama – sebatas masalah ritual, belum masalah social, cultural. Fresh ijtihad tidak hanya memikirkan ritual, tapi juga social dan cultural bahkan sains.

Tuntutannya tentu saja harus ditumbuh kembangkan sikap saling :
·        Menghargai.
·        Menghormati dan
·        bekerja sama.
dengan orang lain yang berberda

Jadi prasyaratan fresh ijtihad itu adalah ketika kita berfikir tentang agama, sekaligus difikirkan juga dampak social, cultural, sains dan teknologinya. Oleh sebab itu tidak cukup lagi jika Muhammadiyah hanya melakukan single approach, tapi sudah saatnya untuk melakukan multi dimensional approach.

Ijtihad social dalam arti kehidupan yang plural dan multicultural membutuh-kan respon positif dari Muhammadiyah. Ungkapan kufur, syirik dan sejenisnya sudah agak kurang santun dalam menghargai eksistensi orang lain. Saat ini Muhammadiyah dihadapkan pada 3 masalah ;

·        nilai-nilai local,
·        nilai-nilai nasional – nation state dan
·        nilai-nilai global.

Persoalannya adalah bagaimana Muhammadiyah harus :
·        menyantuni nilai-nilai local,
·        nilai-nilai nasional – menyantuni konstitusi, system demokrasi Pancasila, tantangan baru Negara/bangsa, dan
·        nilai-nilai global – terkait dengan isu-isu human right – climate change dsb.

Semuanya itu memerlukan pemikiran Muhammadiyah yang :
·        yang lebih tajam dan menyantuni perkembangan baru,
·        masing-masing tersebut menuntut identitas sendiri-sendiri, dan
·        tidak ada klaim kita yang paling benar.

Jadi di antara tantangan Muhammadiyah masa depan bukan lagi pada minimnya gagasan, akan tetapi adalah lemahnya implementasi. Ke depan yang dibutuhkan tidak hanya kader yang berotak besar yang mampu memahami pesan langit, tapi sekaligus juga kader yang mampu menterjemahkan pesan langit itu agar ia membumi dan menjadi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Yang kita butuhkan saat ini bukan hanya pemikir yang bisa duduk manis di depan meja, akan tetapi juga kader yang mau bekerja keras, bermandi keringat di lapangan. 
 

Sumber: AKTUALISASI FAHAM ISLAM YANG BERKEMAJUAN DI ERA GLOBALISASI. Oleh : DR.H.Afifi Fauzi Abbas, MA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar