GERAKAN ILMU (IV)
Pak Amin Abdullah (Mantan Ketua Majlis Tarjih
dan Tajdid Muhammadiyah) menawarkan, saatnya bagi Muhammadiyah untuk melakukan fresh
ijtihad yaitu ketika Muhammadiyah berfikir tentang masalah keagamaan tidak
bisa lagi hanya mengandalkan pendekatan monolitik agama, tapi sudah saatnya
untuk menggandeng sekaligus melibatkan social science.
·
Sosiologi, antropologi dan
sejarah menjadi bagian dari pemikiran keagamaan sekaligus,
·
Sains, bio–etika, bio-teknologi, juga
masuk dalam pemikiran keagamaan,
Selama ini ijtihad hanya sekadar
recycling – mengulang-ngulang intern dalam agama – sebatas masalah ritual,
belum masalah social, cultural. Fresh ijtihad tidak hanya memikirkan ritual,
tapi juga social dan cultural bahkan sains.
Tuntutannya tentu saja harus
ditumbuh kembangkan sikap saling :
·
Menghargai.
·
Menghormati dan
·
bekerja sama.
dengan orang lain yang berberda
Jadi prasyaratan fresh ijtihad
itu adalah ketika kita berfikir tentang agama, sekaligus difikirkan juga dampak
social, cultural, sains dan teknologinya. Oleh sebab itu tidak cukup lagi jika
Muhammadiyah hanya melakukan single approach, tapi sudah saatnya untuk
melakukan multi dimensional approach.
Ijtihad social dalam arti kehidupan
yang plural dan multicultural membutuh-kan respon positif dari Muhammadiyah.
Ungkapan kufur, syirik dan sejenisnya sudah agak kurang santun dalam menghargai
eksistensi orang lain. Saat ini Muhammadiyah dihadapkan pada 3 masalah ;
·
nilai-nilai local,
·
nilai-nilai nasional – nation state dan
·
nilai-nilai global.
Persoalannya adalah bagaimana
Muhammadiyah harus :
·
menyantuni nilai-nilai local,
·
nilai-nilai nasional – menyantuni konstitusi, system
demokrasi Pancasila, tantangan baru Negara/bangsa, dan
·
nilai-nilai global – terkait dengan isu-isu human right –
climate change dsb.
Semuanya
itu memerlukan pemikiran Muhammadiyah yang :
·
yang lebih tajam dan menyantuni perkembangan baru,
·
masing-masing tersebut menuntut identitas
sendiri-sendiri, dan
·
tidak ada klaim kita yang paling benar.
Jadi di antara tantangan Muhammadiyah masa depan bukan
lagi pada minimnya gagasan, akan tetapi adalah lemahnya implementasi. Ke depan
yang dibutuhkan tidak hanya kader yang berotak besar yang mampu memahami pesan
langit, tapi sekaligus juga kader yang mampu menterjemahkan pesan langit itu
agar ia membumi dan menjadi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Yang kita
butuhkan saat ini bukan hanya pemikir yang bisa duduk manis di depan meja, akan
tetapi juga kader yang mau bekerja keras, bermandi keringat di lapangan.
Sumber:
AKTUALISASI
FAHAM ISLAM YANG BERKEMAJUAN DI ERA GLOBALISASI. Oleh : DR.H.Afifi Fauzi
Abbas, MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar