GERAKAN ILMU (III)
Pak Syafii Ma’arif pernah mengemukakan :
Memang, bila dilihat dari jendela pemikiran Islam, Muhammadiyah
belum banyak menghasilkan karya-karya besar. Mungkin, karena selama satu abad
berjalan, energinya lebih banyak terkuras oleh kegiatan amal sosial dan
kemanusiaan. Tetapi, karena tantangan kemanusiaan semakin berat dan beragam di
dunia yang semakin terbelah, Muhammadiyah tidak bisa lagi hanya mencurahkan
perhatiannya pada masalah-masalah aksi sosial dan layanan kemanusiaan.
Sisi-sisi yang bernuansa filosofi dan pemikiran mendalam harus
dijadikan agenda besar agar "Islam yang berkemajuan" yang
merupakan trade mark Muhammadiyah menemukan wujudnya yang lebih konkret.
Saran saya ini tidak mengada-ada.Dalam tempo dekat ini, jumlah
anak muda Muhammadiyah dengan kualifikasi PhD akan semakin meledak.
Nama-nama, semisal Syamsul Arifin, Hilman Latief, Ahmad Najib
Burhani, Sukidi Mulyadi, Siti Ruhaini Dzulhayatin, Tafsir, Ahmad-Norma Permata,
Zakiyuddin Baidhawy, Perdana Boy ZTF, Raja Juli Antoni, Fajar Riza Ul Haq,
Ahmad Fuad Fanani, dan sederetan intelektual muda Muhammadiyah lainnya adalah
testimoni nyata dari ledakan itu.
Sebagian nama ini berkumpul di Malang pada akhir November sampai
awal Desember untuk berbincang secara akademik tentang berbagai aspek gerakan
Muhammadiyah. Di sana, bertemu Indonesianis Barat dan Timur bersama intelektual
muda Muhammadiyah. Konferensi Riset Internasional serupa ini baru pertama kali
berlaku sepanjang se jarah Muhammadiyah.
Oleh sebab itu, patut benar dihargai dan kemudian dicermati
tentang apa yang akan mereka suarakan di forum Malang itu. Almarhum Moeslim
Abdurrahman adalah di antara tokoh senior spiritual dan intelektual
Muhammadiyah yang berjasa besar dalam mendorong ledakan kaum muda pemikir itu.
Perkara timbul kontroversi di kalangan warga Muhammadiyah akibat
ledakan tersebut, harus disikapi biasa-biasa saja.
Bukankah Ahmad Dahlan adalah tokoh yang paling kontroversial di
zamannya? Yang perlu dijaga adalah agar komunikasi antargenerasi tetap
berlangsung dengan akrab, terlepas dari kemungkinan perbedaan pendapat. Saya
sering menyampaikan kepada anak-anak muda itu agar tetap bersikap santun dan
sopan kepada generasi yang lebih tua, sekalipun mungkin cara pandang sudah
berbeda. Sebab, semua hasil pemikiran pasti terikat dengan zaman.
Mereka yang takut kepada pemikiran yang berbeda adalah manusia
fosil. Di era kepemimpinan Mas Mansur, antara 1938-1940, dikenalkan Langkah Dua
Belas. Rumusan Langkah Kedua di bawah judul "Memperluas Paham Agama"
dengan jelas mengatakan, "Hendaklah paham agama yang sesungguhnya itu
dibentangkan dengan arti yang seluas-luasnya. Boleh diujikan dan
diperbandingkan, sehingga kita warga Muhammadiyah mengerti perluasan agama
Islam, itulah yang paling benar, ringan, dan berguna. Maka, dahulukanlah
pekerjaan keagamaan itu."
Bunyi rumusan ini sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa
Indonesia ketika itu. Tetapi, substansinya sangat jelas, orang tidak boleh
berpaham sempit dalam menafsirkan agama, sebab pasti akan berlawanan dengan
diktum "Islam yang berkemajuan" yang dicanangkan Muhammadiyah
sejak lama.
Dokumen-dokumen resmi PP Muhammadiyah ini sering tidak dirujuk
oleh para aktivis gerakan, sehingga timbul salah paham yang tidak pada
tempatnya antargenerasi. Berkat kegigihan Dr Haedar Natsir, hampir semua
dokumen penting ini telah dibukukan. Dengan demikian, jika timbul beda pendapat
dan pemikiran di kalangan warga Muhammadiyah, tempat rujukannya sekarang dengan
sangat mudah dapat diakses.
Oleh sebab itu, sikap mudah menghukum pendapat seseorang, dari
sudut pandang Langkah Dua Belas ini harus ditinggalkan karena dapat mematikan
perkembangan pemikiran keislaman yang tak mungkin dipasung untuk
selama-lamanya. Guru saya, Fazlur Rahman, pernah mengatakan, "Sebuah Islam
yang yang tak mampu memberi jawaban kepada persoalan-persoalan kemanusiaan, tidak
akan punya masa depan."
Akhirnya,
sekiranya nanti dalam perbincangan di Malang muncul berbagai kontroversi hasil
pemikiran yang tajam sekalipun, jangan cepat- cepat diberi reaksi berlebihan
karena berlawanan dengan semangat pembaruan yang telah diusung Muhammadiyah
selama satu abad. Dengan sikap terbuka inilah, kita semestinya memaknai
Konferensi Riset Internasional tentang Muhammadiyah yang telah disiapkan sejak
lama.
Sumber:
AKTUALISASI
FAHAM ISLAM YANG BERKEMAJUAN DI ERA GLOBALISASI. Oleh : DR.H.Afifi Fauzi
Abbas, MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar