Selasa, 11 Februari 2020

FAHAM TAJDID DALAM MUHAMMADIYAH

FAHAM TAJDID DALAM MUHAMMADIYAH




Buya ZAS Pada tahun 1981 pernah mengingatkan Angkatan Muda Muhammadiyah Sumatera Barat tentang faham tajdid dalam Muhammadiyah. Beliau berkata:

Sebelum kita membahas haluan Muhammadiyah, lebih dahulu patut kita perkajikan faham Agama yang dianut Muhammadiyah sebagai gerakan Islam.

Pendiri muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, tidak memberi nama (gerakan) ini dengan nama dirinya untuk mengkultus individukan pribadinya sebagai yang lazim dalam masyarakat.

Beliau beri nama gerakan ini dengan nama “Muhammadiyah”, sekaligus menggambarkan secara idealis akan cita-cita yang dianut Muhammadiyah, yaitu hendak menggerak (menegakan) Agama Islam dengan cara meniru meneladani atau mengikuti jejak langkah Nabi Muhammad Rasulullah dalam keseluruhan gerak-gerik Muhammadiyah sampai kepada soal yang sekecil-kecilnya. Justru waktu Muhammadiyah didirikan, pemahaman dan pengamalan agama Islam sudah sangat karut marut, sangat campur aduk sehingga warna asli agama Islam sudah kabur atau gelap dalam segala bidangnya.

Dari itu ini perjuangan Muhammadiyah adalah arruju’ ilal kitab wa sunnah atau kembali kepada al-qur’an dan hadits shahih, mengembalikan agama Islam kepada wajahnya yang asli dan warnanya yang murni, menurut yang dipusakan Rasulullah. Memahamkan dan mengamalkan agama Islam menurut Kitab dab Sunnah, di populerkan dalam Muhammadiyah dengan nama faham tajdid atau pembaharuan faham. Sendirinya Muhammadiyah anti faham taqlid, faham lama, faham juhud, faham jumud atau faham ABS (Asal Buya Senang).

Warna asli agama Islam dalam ketiga bidangnya: bidang aqidah, bidang ibadah dan bidang masyarakah, telah menjadi gelap, karena telah menjadi gelap, karena diliputi oleh aqidah yang kotor, dikotori oleh khurafat, takhayul, sihir, mistik, kebathinan dan lain sebagainya yang semuanya berbau syirik dan munafiq. Sedang bidang ibadah tertutup oleh seribu satu bid’ah, agama tambahan, kadang-kadang lebih banyak dari aslinya. Dan bidang masyarakat islamiyah berganti dengan masyarakat jahiliyah, baik jahiliyah klasik maupun jahiliyah modern.

Disamping memberantas faham-faham dan pengamalan agama yang keliru, faham syirik dan munafiq,faham bid’ah dan jahiliyah, Muhammadiyah harus menegakan lawanya, yaitu memahamkan dan mengamalkan agama, persis menurut sunnah, sehingga diatas kuburan yang batil ditegakan yang betul dengan jayanya. Sebab fungsi Muhammadiyah adalah gerakan da’wah amar ma’ruf nahi mungkar dalam segala bidang dan sector kehidupan.
Jihad memerdekakan agama Islam dari penjajahan faham-faham yang batil ini cukup berat, sebab faham-faham itu berurat berakar dalam jiwa manusia, sehingga sudah habis masa tujuh puluh tahun untuk jihad Muhammadiyah melakukan pemberantasan ini namun hasilnya secara maksimal belum juga tercapai oleh Muhammadiyah. malah gejala-gejala akan berbalik penyakit lama sudah mulai Nampak dalam masyarakat, laksana bunyi pantun: “Empat Angkat Perang dan Lintau perang dan anak-anak raja. Obat lekat pantang terlampau. Berbalik penyakit lama”.

Namun secara minimal, sudah cukup banyak juga yang telah dapat dicapai Muhammadiyah, baik dalam memberantas yang bathil (nahyu ‘anil mungkar) maupun dalam menegakan yang ma’ruf. Sehingga perjuangan Muhammadiyah yang cukup berat ini mendapat sokongan dan dukungan luas dari masyarakat, baik berupa moral maupun berupa material. Bahkan disamping menyokong dan yang ditiru diteladan oleh masyarakat di luar Muhammadiyah, baik diakui terus terang maupun secara diam-diam, sehingga Muhammadiyah tidak hanya menjadi milik anggota Muhammadiyah saja, tapi menjadi milik masyarakat luas. Untuk lama kelamaan pada giliranya nanti datang masanya Muhammadiyah menjadi milik nasional.

Adapun Muhammadiyah menggerakan faham tajdid, kembali kepada kitab dan sunnah ini tidaklah menjadi pelopornya, tapi menjadi penerusnya, yang telah lama digerakan dari dahulu kala, dengan menyebut-nyebut nama Ibnu Taimiyah, Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha sampai kepada gerakan wahabi di Mekkah dan gerakan paderi di Minangkabau. Dan menggerakanya di Indonesia ini, Muhammadiyah tidak sendirian, tapi bersama-sama dengan perkumpulan Islam yang lain, seperti Al-Irsyad, Persatuan Islam dan lain-lain. Bahkan banyak juga pribadi ‘Ulama dan Muballigh yang aktif di bidang ini.

Cara yang dilakukan umat Islam untuk gerakan ini berbagai macam pula, ada yang cara radikal revolusioner, cara ekstrim, cara alon-alon tapi klakon, biar lambat asal selamat, atau cara santai saja. Namun gerakan amar ma’ruf nahi untuk koreksi total di bidang aqidah, ibadah dan masyarakat Islamiyah ini, tidak boleh berhenti sampai hari kiamat !

Arsip Masjid Taqwa Muhammadiyah Sumatera Barat
KH. Ahmad Dahlan: Aku Titipkan Muhammadiyah Kepadamu Oleh Buya ZAS. Hal. 12-14.

Ditulis ulang oleh: Aya S. Miza

Tidak ada komentar:

Posting Komentar