AKIBAT TAK AKRAB DENGAN DOKUMEN LAMA MUHAMMADIYAH
Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan (2019) menjelaskan apabila
kader tak akrab dengan dokumen lama Muhammadiyah:
Perlu
diingat bahwa paham Muhammadiyah tidak hanya dalam bidang teologi, tapi juga
dalam bidang sosiologi dan bidang budaya yang saling terkait. Itu
bisa dilihat dan bisa dibaca dari dokumen-dokumen lama Muhammadiyah.
Sayangnya tidak banyak aktivis yang akrab dengan
dokumen-dokumen lama tersebut. Seperti Azas PKOe, kesaksian dr. Soetomo, dan
gerakan jama’ah.
Karena itu kegiatan Muhammadiyah belakangan cenderung
kurang tersentuh ruh sosial-budaya sebagai spirit kemanusiaan gerakan ini di
berbagai bidang garapanya. Sebab, tanpa memahami ruh sosial-budaya tersebut,
akibatnya banyak kegiatan Muhammadiyah seperti pada bidang pendidikan,
kesehatan, tabligh, dan tarjih, bisa tercerabut dari akar fundamentalnya. Dan nantinya
bisa ditinggalkan generasi milineal karena tidak berpijak di bumi (tidak
membumi).
Maka dari itu, perlu pengarus-utamaan kembali ruh
sosial-budaya gerakan Persyarikatan dengan cara membaca ulang dokumen-dokumen
lama tersebut, terutama diantaranya: pidato Kiai Dahlan tahun 1922, prasaran
pada kongres Islam Cirebon tahun 1921, naskah akademik kelahiran tarjih, azaz
PKOe, kesaksian dr. Soetomo, dan naskah GJDJ (Gerakan Jama’ah Dakwah Jama’ah).
Salah satunya dilakukan dengan mengadakan FGD (Forum
Group Discussion) di level majelis dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Perguruan
Tinggi Muhammadiyah, tentang dokumen-dokumen tersebut, selain penertiban ulang
dengan disertai komentar kritis di tiap dokumen-dokumen itu. (ASM)
Sumber: Suara Muhammadiyah 18/104/ 16-30 Muharam 1441
H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar