Minggu, 25 Januari 2015

HAKEKAT MENCARI ILMU

ﻓﺎﻋﻠﻢ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﺤﺮﻳﺺ ﺍﻟﻤﻘﺒﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻗﺘﺒﺎﺱ ﺍﻟﻌﻠﻢ، ﺍﻟﻤﻈﻬﺮ ﻣﻦ ﻧﻔﺴﻪ ﺻﺪﻕ ﺍﻟﺮﻏﺒﺔ، ﻭﻓﺮﻁ ﺍﻟﺘﻌﻄﺶ ﺇﻟﻴﻪ .. ﺃﻧﻚ ﺇﻥ ﻛﻨﺖ ﺗﻘﺼﺪ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﺴﺔ، ﻭﺍﻟﻤﺒﺎﻫﺎﺓ، ﻭﺍﻟﺘﻘﺪﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﻗﺮﺍﻥ، ﻭﺍﺳﺘﻤﺎﻟﺔ ﻭﺟﻮﻩ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻟﻴﻚ، ﻭﺟﻤﻊ ﺣﻄﺎﻡ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ؛ ﻓﺄﻧﺖ ﺳﺎﻉ ﻓﻲ ﻫﺪﻡ ﺩﻳﻨﻚ، ﻭﺇﻫﻼﻙ ﻧﻔﺴﻚ، ﻭﺑﻴﻊ ﺁﺧﺮﺗﻚ 
ﺑﺪﻧﻴﺎﻙ؛ ﻓﺼﻔﻘﺘﻚ ﺧﺎﺳﺮﺓ، ﻭﺗﺠﺎﺭﺗﻚ ﺑﺎﺋﺮﺓ

" Ketahuilah wahai manusia yang ingin mendapat curahan ilmu, yang betul-betul berharap dan sangat haus kepadanya...
Bahwa jika engkau menuntut ilmu guna bersaing, berbangga, mengalahkan teman sejawat, meraih simpati orang, dan mengharap dunia...

maka sesungguhnya engkau sedang berusaha menghancurkan agamamu, membinasakan dirimu, dan menjual akhirat dengan dunia.
Dengan demikian, engkau mengalami kegagalan, perdaganganmu merugi..

وإن كانت نيتك وقصدك، بينك وبين الله تعالى، من طلب العلم: الهداية دون مجرد الرواية؛ فأبشر؛ فإن الملائكة تبسط لك أجنحتها إذا مشيت، وحيتان البحر تستغفر لك إذا سعيت

akan tetapi apabila niat dan tujuanmu antaramu dan allah dengan menuntut ilmu itu adalah : hidayah bukan sekedar riwayat, maka bergembiralah,
“sesungguhnya para malaikat akan membentangkan sayapnya apabila engkau berjalan, ikan dilaut akan memintakan ampun untukmu bila kamu berusaha.

JAUHI SIFAT SOMBONG..

Ka’ab bin Malik radhiyallaahu ‘anhu meriwayatkan dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

مَنِ ابْتَغَى الْعِلْمَ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءُ أَوْ يُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءُ أَوْ تَقْبَلُ أَفْئِدَةَ النَّاسِ إِلَيْهِ فَإِلَى النَّارِ. (رواه الحاكم، وصححه الألباني في صحيح الجامع الصغير)

“Barangsiapa yang mencari ilmu untuk mendapatkan sebutan sebagai ulama atau memperdaya orang-orang yang bodoh atau untuk memalingkan manusia kepadanya, maka atasnya api neraka.” (HR. Hakim, Syaikh Al-Albani menghasankannya dalam Shahihul Jami’ ash-Shaghir)

Berkata Abu Yusuf Al-Qadhi rahimahullaah: “Wahai kaumku, harapkanlah dengan ilmu kalian keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sungguh tidaklah aku duduk di suatu majelis ilmu yang aku niatkan padanya tawadhu’, kecuali aku bangun dalam keadaan telah mendapat kemuliaan. Sebaliknya tidaklah aku duduk di satu majelis ilmu yang aku niatkan untuk mengalahkan mereka kecuali aku bangun dalam keadaan Allah bukakan aibku. Ilmu adalah salah satu ibadah dan taqarrub.” (Tadzkiratu As-Sami’ wal Mutakallim, Ibnu Jama’ah, melalui Min Hadyi Salaf, hal. 47)

dalam sebuah syair: “Ilmu akan menjauh dari seorang yang sombong, seperti air bah menjauh dari tempat yang tinggi.”
Seringkali seorang yang baru mendapatkan sedikit ilmu terkena penyakit sombong, merasa dirinya sebagai ulama dan melihat orang lain sebagai orang-orang yang bodoh. Inilah yang dijuluki oleh para ulama dengan ‘Abu Syibrin’.

Siapakah Abu Syibrin?

Abu Syibrin adalah orang yang baru mendapatkan ilmu pada jengkal pertama. Sedangkan para ulama menyatakan bahwa ilmu mempunyai 3 jengkal. Orang yang mencapai jengkal pertama menjadi sombong, pada jengkal kedua ia menjadi tawadhu’ (rendah hati), sedangkan pada jengkal ketiga ia akan merasa kalau dirinya belum tahu apa-apa.

Juga sering terjadi pada sebagian pencari ilmu penyakit sombong, merasa dirinya paling shalih dan menganggap orang lain semuanya di bawahnya. Kemudian merasa diri paling dekat dengan Allah dan dicintai-Nya, sedangkan yang lain dianggap orang-orang yang jauh dan tidak dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan biasanya, pada puncaknya dia merasa dosa-dosanya diampuni, sedangkan dosa orang lain tidak akan diampuni.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ رَجُلاً قَالَ: وَاللهِ لاَ يَغْفِرُ اللهَ لِفُلاَنٍ. قَالَ اللهُ: مَنْ ذَا الَّذِيْ يَتَأَلَى عَلَيَّ أَنْ لاَ أَغْفِرَ لِفُلاَنٍ؟ فَإِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِفُلاَنٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ. (رواه مسلم)

Sesungguhnya ada seseorang berkata: “Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni fulan.” Maka Allah berfirman: “Siapa yang lancang mengatakan atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni fulaan?! Sungguh Aku telah mengampuni fulan dan menggugurkan amal-amalmu.” (HR. Muslim)
Berkata Al-Anasi rahimahullaah: “Hati-hatilah dari penyakit para pembesar yaitu kesombongan. Sesungguhnya kesombongan, bangga diri dan kedengkian adalah awal dari kemaksiatan yang Allah dimaksiati dengannya. Maka ketahuilah bahwa merasa tinggi di hadapan gurumu, itu adalah kesombongan, menolak faedah ilmu dari orang-orang yang di bawahmu adalah kesombongan dan tidak beramal dengan apa yang diketahui juga merupakan belumbang kesombongan dan tanda kalau dia akan terhalangi dari ilmu.” (Siyar, juz IV, hal. 80)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar