Minggu, 01 Maret 2020

WASPADA TERHADAP PARA MUNAFIK


WASPADA TERHADAP PARA MUNAFIK

Oleh: Buya Dr. H. Zulkarnaini, M.Ag



Bila dibaca 20 ayat bagian awal surat al-Baqarah dapat diketahui bahwa secara garis besar komunitas manusia dikelompokkan kepada tiga golongan: 

Mukmin/muttaqin, kafir dan munafik. Ayat 1 s/d 5 membicarakan ciri-ciri orang mukmin, sedangkan dua ayat berikutnya menyatakan sifat-sifat orang kafir, kemudian 13 ayat selanjutnya menjelaskan kebiasaan orang-orang munafik.

Kelompok pertama adalah orang-orang yang benar-benar beriman kpd yang ghaib dan iman ditandai dengan kepatuhan menjalankan ketentuan syari'at seperti shalat dan infak/zakat.

Kelompok kedua yang disebut kafir adalah mereka yg terus terang menolak kebenaran Islam. Berikutnya kelompok ketiga yang disebut munafik adalah mereka  yang kelihatan seperti orang mukmin, padahal sebenar adalah orang kafir.
Bila dilihat dari perbandingan  jumlah ayat, maka ayat yang membicarakan kelompok munafik paling banyak, yaitu 13 ayat. Sejalan dengan perjalanan sejarah Nabi, perbandingan jumlah ayat ini seakan mengingatkan bahwa masalah orang-orang munafik sangat berat dan persoalan menghadapi mereka sangat rumit dan butuh waktu lama. 

Orang kafir yg berterus terang dengan kekafirannya bisa disikapi dan dihadapi dengan sikap tertentu. Masalahnya hanyalah dalam hal membedakan mana yang tergolong kafir harbi (dalam posisi lawan perang) dan mana pula yang bukan kafir harbi. 

Kelompok ketiga kelompok munafik sangat sulit dideteksi.

Begitu rapinya penyamaran mereka,  malah Nabipun kesulitan memastikan kebenaran iman mereka. Ayat 101 surat at-Taubah menyatakan bahwa di antara orang-orang Arab Badui dan sebahagian penduduk Madinah ada yang munafik, malah keterlaluan dalam kemunafikannya. Ayat tersebut menyatakan bahwa Nabi tidak mengetahui siapa mereka. Bahkan setelah si munafik itu Nabi pun masih belum bisa memastikan posisi mereka yang sebenarnya. Hal ini ditandai dengan kesediaan Nabi menyolatkan jenazah salah seorang gembong minafik ketika itu, yaitu Abdullah bin Ubai bin Salul.
Setelah selesai shalat jenazah, dan turun ayat 84 surat at-Taubah barulah Nabi tahu status akidah si munafik itu. 

Di samping itu kaum muslimin menghadapi persoalan dilematis ketika menghadapi urusan berat, penting dan rahasia. Serba salah antara melibatkan atau meninggalkan mereka. Ditinggalkan salah, karena mereka mengaku muslim. Mau dilibatkan salah, karena keberadaan mereka justru mempersulit keaadaan. Merekalah tukang adu domba, biang kerok membocorkan rahasia kaum muslimin kepada musuh, melemahkan semangat juang kaum muslimin dengan cara menakut-nakuti mereka dengan resiko yang akan mereka alami.

Ibnu Katsir menglompokkan kalangan munafik ini kepada dua golongan yaitu munafik i'tiqadi dan munafik 'amali. Munafik i'tiqadi adalah orang kafir yang berpura-pura Islam, sedangkan munafik 'amali adalah mereka yg menerima/mengakui kebenaran Islam akan tetapi berperi laku sebagaimana biasanya para munafik yaitu biasa berbohong, ingkar janji dan berkhianat.

Banyak ayat dan hadis yang menyebutkan ciri-ciri atau karakter orang munafik, seperti menipu orang beriman, malas menunaikan shalat, pamer dalam beribadah, sedikit sekali menyebut Allah (an-Nisa' ayat 142). Terlepas dari kelas-kelas golongan munafik tersebut, yang jelas keberadaan orang munafik itu di tengah-tengah umat Islam justru merugikan umat Islam sendiri. Kenapa demikian? Dalam ayat 67 surat at-Taubah disebutkan karena mereka, baik yang laki-laki maupun yang perempuan sama saja, yaitu kerja sama menyuruh orang berbuat mungkar dan melarang orang berbuat yang ma'ruf dan sangat kikir.

Dengan demikian perlu kita perhitungkan bahwa seseorang yang mengaku muslim tapi tindak tanduknya, statemen-statemen dan keputusan-keputusannya banyak merugikan umat Islam perlu diwaspadai sebagai kelompok musang berbulu ayam

Jum'at 28 Februari 2020
Masjid Taqwa Muhammadiyah Sumatera Barat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar