Konsolidasi
Kaum Muda Muhammadiyah Untuk Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta
Haedar Nashir dalam Konsolidasi Kaum Muda Muhammadiyah Untuk Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta menyampaikan ada empat Isu-isu Sentral untuk Kalangan Muda
Muhammadiyah:
Isu
Sentral Pertama adalah tentang
perumusan visi keislaman dan keindonesiaan terkhusus pada relasi Islam dan
Negara. Menurut Haedar Nasir, Muhammadiyah beruntung karena dalam persoalan ini
telah memiliki dokumen sejarah yang banyak terkait dengan berbagai karya
pemikiran tokoh-tokoh terdahulu yang telah dikonsepkan. Konsep tersebut dalam
Muhammadiyah kini telah menjadi peneguh identitas Muhammadiyah dalam
memilih wujud relasi Islam dan Indonesia yang disebut sebagai dār al-Ahdi
wa as-Syahadah.
Isu
Sentral Kedua adalah wacana
radikalisme. Kalangan muda Muhammadiyah harus mengelaborasi konsep moderasi
dalam Muhammadiyah sebagai solusi fenomena radikalisme ekstrim yang terjadi di
Indonesia. tentu dengan memperluas dan memperdalam realitas radikalisme, bahwa
faham dan gerakan radikal tidak hanya terjadi pada ranah agama, juga disebabkan
oleh fanatik kesukuan, pandangan ekonomisme ekstrim dan bisa pula karena
pandangan, sikap, dan etika berpolitik. Dalam pandangan moderasi Muhammadiyah, puritanitas
bukanlah sesuatu yang harus ditolak karena ia sendiri adalah sebuah
keniscayaan.
Sebagaimana dalam
gerakan tajdid Muhammadiyah ada unsur purifikasi. Hanya saja bibit puritanitas
yang menjadi faham puritanisme ekstrim bisa ada karena bibit tesebut tidak
mengalami pengayaan tajdidsm hingga hanya berada pada titik statis dan
menjadilah gerakan kejumudan dan kontra terhadap gerakan pembaharuan. maka
dalam aspek ini, kalangan Muhammadiyah harus senantiasa mengayakan persoalan
tauhid secara elaboratif. Lahirnya pemikian teologi al-Maun merupakan bukti
nyata bagaimana Dahlan Muda mengayakan wacana tauhid dengan mengelaborasinya
dengan konteks dan tantangan umat di zamannya.
Isu
Sentral Ketiga
adalah strategi politik Islam. Haedar Nasir melihat tenaga kita sudah
dihabiskan dalam perdebatan mengenai adakah hubungan antara Islam dan politik.
Muhammadiyah harus menyudahi itu. Muhammadiyah menerima adanya hubungan itu
sehingga seluruh tenaga dan pikiran hendaknya diarahkan kepada kerja yang lebih
produktif salah satunya adalah merumuskan seperti apa hubungan Islam dengan
politik tersebut. di sini, peran kalangan Muda Muhammadiyah sangat dinantikan.
Usaha mewujudkan relasi Islam politik harus didasari realitas akan keniscayaan
kebinekaan yang ada di negara tercinta kita ini. wacana
Islamisme-sekularisme-nasionalisme setidaknya bisa menjadi wacana yang telah
banyak dibicarakan, namun Haedar Nashir berharap, Kalangan Muda Muhammadiyah
bisa berfikir strategis melampaui dari ketiga wacana tersebut.
Isu
Sentral Keempat sekaligus
terakhir adalah diskusi positif atas eksistensi gerak juang Muhammadiyah
sendiri di pentas nasional dan internasional. Haedar mengungkapkan bahwa pada
hakikatnya jati diri Muhammadiyah sudah sangatlah jelas apabila hendak melihat
dari berbagai dokumen resmi yang menjadi rambu-rambu dalam Muhammadiyah, sebut
saja Matan Keyakinan dan Cita-cita Muhammadiyah, Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Muhammadiyah, Ideologi Muhammadiyah hingga Manhaj Tarjih
Muhammadiyah adalah berbagai macam karya yang telah menstrukturiasasi wujud dan
eksistensi Muhammadiyah secara menyeluruh.
Persoalannya
adalah belum adanya pembiasaan untuk membaca dan memahami secara menyeluruh
dokumen-dokumen penting tersebut, hatta sekalipun tokoh-tokoh Muhammadiyah bisa
jadi ada yang belum membaca secara lengkap karya tersebut. Oleh karenanya tugas
Kalangan Muda Muhammadiyah adalah tidak melepaskan pemikiran dan gerak juang
mereka dari berbagai karya tersebut yang telah menjadi haluan resmi organisasi
Muhammadiyah. kalau perlu, kalangan Mudanya melakukan upaya sistematisasi dan
menelurkan turunan-turunan dari berbagai karya tersebut untuk diaplikasikan
dalam rangkan mewarnai berbagai ranting dan amal usaha Muhammadiyah di kalangan
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar