Oleh : Dr. Sobhan Lubis [2]
(Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Sumbar Periode 2015-2020)
|
||||
A.
|
Pendahuluan
|
|||
|
Sumber-sumber ajaran dalam Islam ialah
al-Quran dan as-Sunnah. Kedua-dua sumber terpenting ini mesti diletakkan di
hadapan dan dijadikan rujukan karenana al-Quran adalah dari Allah SWT,
sedangkan as-Sunnah Sahihah bersandarkan sabda Nabi SAW yang dibimbing wahyu
Allah.
Pemahaman yang betul tentang al-Quran
dapat diperoleh dengan mengikuti Manhaj Tafsir yang digariskan ulama
berdasarkan ciri-ciri dan syarat-syarat yang ditentukan. Antaranya,
meletakkan Tafsir Bil-Ma’tsur (Tafsir berdasarkan al-Quran, hadis dan riwayat)
sebagai asas Tafsir, disusul dengan Tafsir Bil ra’yi yang sejalan dengan
kehendak syara’.
Penguasaan dalam bidang Ushul Hadits dan
pengajian hadis sangat diperlukan dalam memahami Tafsir Bil-Ma’sur. Tanpa
pengetahuan mendalam dalam bidang hadis sangat sukar bagi seseorang itu
memahami Tafsir Bil-Ma’sur.
Israiliyyat adalah isu yang berkait rapat
dengan Tafsir Bil Ma’sur karena ia berkembang melalui periwayatan.
Keberadaannya di celah-celah tafsiran al-Quran bisa menimbulkan bahaya tanpa
disadari khususnya Israiliyyat yang bersifat merusak aqidah seseorang. Dalam
banyak hal ia bisa menghalangi seseorang dari memahami dan menghayati
al-Quran.
Isu Israiliyyat perlu ditangani dengan
menelusuri pemahaman yang betul tentang Israiliyyat itu sendiri,
pembahagiannya serta cara atau pun kaedah dalam mengenal secara pasti
Israiliyyat tersebut. Sebagai pengenalan secara umum, berikut ini penulis
mencoba untuk mengupasnya.
|
|||
B.
|
Definisi Israiliyyat
|
|||
|
Israiliyyaat secara etimologis merupakan bentuk jamak dari kata
Israiliyyah; nama yang di nisbatkan kepada kata Israil (bahasa Ibrani) yang
artinya Abdullah (hamba Allah).Dalam pengertian lain Israiliyyat dinisbatkan kepada
Nabi Ya’kub Ibn Ishaq Ibn Ibrahim.Terkadang Israiliyyat identik dengan
yahudi, walaupun sebenarnya tidak demikian. Bani Israil menunjuk merujuk pada
garis keturunan bangsa, sedangkan Yahudi merujuk kepada pola pikir, termasuk
di dalamnya agama dan dogma.[3]
Secara
terminologis, pada mulanya merujuk pada sumber-sumber dari Yahudi, namun pada
akhirnya, para ulama tafsir dan hadis menggunakan istilah tersebut dalam
pengertian yang lebih luas lagi. Oleh karena itu ada ulama yang
mendefinisikan israiliyyat yaitu sesuatu yang menunjukkan pada setiap hal
yang berhubungan dengan tafsir maupun hadis berupa cerita atau
dongeng-dongeng kuno yang dinisbatkan pada asal riwayatnya dari sumber
Yahudi, Nasrani, atau lainnya. Dikatakan pula bahwa israiliyyat termasuk
dongeng yang sengaja diselundupkan oleh musuh-musuh Islam ke dalam tafsir dan
hadis yang sama sekali tidak ada dasarnya dalam sumber lama.[4]
|
|||
C.
|
Sebab-sebab Masuknya Kisah Israiliyat
dalam Tafsir Al-Qur’an
|
|||
|
Ketika ahlul kitab banyak masuk ke dalam Islam, mereka memabawa tsaqofah agama mereka berupa
berita-berita, kisah-kisah agama. Mereka itu ketika mendengar kisah-kisah
Al-Qur’an kadang-kadang mereka mengaitkannya dengan kisah yanga ada dalam kitab-kitab
mereka sebelumnya. Para sahabat akhirnya berpegang dari apa yang mereka
dengar dari mereka. Hal ini memang ada dasar dari hadis Rasul saw
sendiri:
|
|||
|
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: كَانَ أَهْلُ الكِتَابِ يَقْرَءُونَ التَّوْرَاةَ
بِالعِبْرَانِيَّةِ، وَيُفَسِّرُونَهَا بِالعَرَبِيَّةِ لِأَهْلِ الإِسْلاَمِ،
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لا
تُصَدِّقُوا أَهْلَ الكِتَابِ وَلا تُكَذِّبُوهُمْ، وَقُولُوا: {آمَنَّا
بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا} [البقرة: 136] الآيَةَ
|
|||
|
(Janganlah kalian membenarkan dan mendustai ahli kitab,
katakanlah, kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami...”
(HR. Bukhari).
|
|||
|
Para sahabat dan ahli kitab bergaul seputar beberapa
masalah. Mereka menerima sebagian darinya selama tidak berkaitan dengan
akidah dan hukum, kemudian hal itu jadi isu perIbncangan.[5]
Jika kita lihat masa pra Islam, jauh sebelum Islam datang,
Israiliyyat sudah mulai memasuki kebudayaan Arab (pada masa jahiliyah) karena
di tengah-tengah mereka orang-orang ahli kitab yaitu Yahudi telah lama hidup
berdampingan. Orang-orang Yahudi telah melakukan migrasi ke jazirah Arabiya
secara besar-besaran pada tahun 70 M untuk menghindari penyiksaan dan
keberutalan yang dilakukan kaisar dinasti Titus Romawi yang hendak
menjajahnya dengan membakar dan menghancurkan Jerussalaem yang dikenal dengan
nama Great Diaspora. Mereka datang ke jazirah Arabiya dengan membawa
kebudayaan mereka yang bersendikan kitab-kitab keagamaan.
Di samping itu harus diakui bahwa masyarakat Madinah dan sekitarnya
termasuk masyarakat yang heterogen dengan Yahudi dan Arab sebagai etnis yang
paling dominan. Mereka yang masuk Islam dari kaum Yahudi (suku bani Qainuqa,
Quraidzah, An-nazir, Khaibah, Taima, dan Fadak) dan nasrani serta Majusi
masih tetap membawa kesan-kesan agama terdahulu pemahaman mereka
sebelumnya. Di samping itu, bangsa Arab sendiri tidak banyak mengetahui
perihal kitab-kitab terdahulu, sehingga ketika mereka ingin mengetahui
perihal kitab-kitab terdahulu, sehingga ketika mereka iingin mengetahui
tentang penciptaan alam, kejadian-kejadian penting lainnya, mereka bertanya
kepada ahli kitab dari golongan Yahudi dan Nasrani. Momen inilah yang
mengakibatkan merembesnya faham-faham israiliyyat ke dalam Islam.[6]
Faktor yang juga menjadi sebab masuknya kisah israiliyyat adalah
masuk Islamnya ulama Yahudi, seperti Abdullah Ibn Salam, Ka’ab Ibn Akhbar,
dan Wahab Ibn Munabbih. Mereka dipandang punya andil besar terhadap masuknya
kisah israiliyat di kalangan Muslim. Ini juga mengindikasikan kisah
israiliyat telah muncul sejak masa sahabat dan membawa pengaruh besar
terhadap kegiatan penafsiran Al-Qur’an pada masa-masa sesudahnya.[7]
Harus diakui bahwa salah satu lembaga pengkajian keagamaan memiliki
andil besar tumbuyh berkembangnya Israiliyyat. Midras, sebagai lembaga kajian
agama tersebut, menurut Ahmad Khalil, juga sering didatangi sahabat Nabi
untuk mendengar apa yang disajikan di sana. Di dalam musnad, Imam Ahmad
meriwayatkan:
|
|||
|
“Nabi saw
pernah melihat Umar Ibn Al-Khattab keluar dari Midras, lalu Nabi menegurnya,
Apakah engkau ragu terhadap ajaran Islam wahai Umar? Demi Allah
yang berkuasa atas diriku, aku benar-benar telah datang membawa ajaran itu
kepadamu dalam keadaan putih bersih. Janganlah kamu bertanya kepada mereka
tentang sesuatu lalu mereka menceritakannya kepadamu dengan sebenar-benarnya
lalu kamu mendustakannya, atau mereka memabawa berita bohong, tetapi kamu
sekalian membenarkannya. Demi zat yang diriku berada pada kekuasaan-Nya,
seandainya Nabi Musa masih hidup, tidaklah ia memberi kebebasan melainkan
menyuruh mengikuti jejakku.”
|
|||
|
Ilmu-ilmu seperti dialektika dan kalam banyak dipengaruhi pula oleh
israiliyyat. Ibn Atsir dalam tarikh-nya mengabadikan bahwa faham khalq
Qur’an yang dicetuskan kaum muktazilah berasal dari Bisr Al-Marisiy.
Ia mengambil faham itu dari Jahm Ibn Shafwan. Jahm mengadopsinya dari Ja’di
Ibn Dirham, Ja’di menerimanya dari Aban Ibn Sam’an, Sam’an mengambilnya dati
Thalut Ibn Ukht lubaid Ibn Al-As’am dsan ia menerimanya dari lubaid Ibn
Al-As’am, seorang Yahudi yang pernah menyihir Nabi saw.
Jadi, penyusupan israiliyyat ke dalam tafsir dapat dikatakan melalui
periodesasi periwaayatan dan kodifikasinya. Adapun pada masa tabi’in, untuk
memecahkan masalah keagamaan, informasi didapat dari para sahabat dan
murid-murid sahabat. Namun, persoalannya, tidak semua yang diriwayatkan
tabi’in itu berasal dari Rasul saw, melainkan ada yang mauquf sampai sahabat
dan tabi’in. Di zaman tabi’in inilah muncul pemalsuan dan kebohongan terhadap
hadis dan tafsir.[8]
|
|||
D.
|
Dampak Israiliyyat Terhadap Tafsir
|
|||
|
Menurut Muhammad Husain Al-Dzahabi israiliyat memiliki beberapa dampak
negatif terhadap khazanah tafsir Al-Qur’an, di antaranya :
|
|||
1.
|
Dapat merusak
akidah kaum Muslimin karena ia mengandung unsur penyerupaan keadaan Allah,
peniadaan ishmah para Nabi dan Rasul dari dosa, serta mengandung tuduhan
buruk yang tidak pantas bagi seorang nabi.
|
|||
2.
|
Merusak citra
islam, karena seolah-olah islam itu agama yang penuh dengan khurafat dan mitos
yang tidak ada sumbernya.
|
|||
3.
|
Menghilangkan
kepercayaan kepada ulama salaf, baik di kalangan sahabat maupun tabi’in.
|
|||
4.
|
Memalingkan
manusia dari maksud dan tujuan yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an.[9]
|
|||
E.
|
Hukum Periwayatan Israiliyyat
|
|||
|
Dari segi kandungannya, secara garis besar, Israiliyyat terbagi
menjadi tiga bagian. Pertama, kisah Israiliyyat yang benar
isinya, sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis. Kedua, kisah
Israiliyyat yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadis. Ketiga, kisah
Israiliyyat yang tidak di ketahui benar tidaknya.
Dari kategori
kisah-kisah Israiliyyat itu, Ibn Taimiyyah berpendapat bahwa cerita
Israiliyyat yang shahih boleh diterima; cerita yang dusta harus ditolak; dan
yang tidak diketahui kbenaran dan kedustaannya didiamkan; tidak disutakan dan
tudak juga dibenarkan. Jangan mengimaninya dan jangan pula mebohonginya.
Secara umum, ada
dua pendapat ulama yang memberikan pendapat tentang diakui atau tidaknya
israiliyyat. Pendapat pertama, menagatakan keharamnya, sedangkan lainnya
mengatakan kebolehannya.
Alasan ulama yang
mengharamkannya mendasarkan diri pada beberapa alasan.
|
|||
|
Riwayat tentang menerima berita dari ahli kitab di atas, karena
Yahudi dan Nasrani telah merubah kitab-kitab mereka, sehingga periwayatannya
tidak tsiqot/kuat lagi. Riwayat yang tidak kuat tidak dibenarkan untuk
dijadikan hujjah.
Adapun pendapat
yang membolehkannya bersandar kepada Al-Qur’an surat Yunus ayat 94, sebagai
berikut :
|
|||
|
فَإِنْ كُنْتَ فِي شَكٍّ
مِمَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ فَاسْأَلِ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ الْكِتَابَ مِنْ
قَبْلِكَ لَقَدْ جَاءَكَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ
الْمُمْتَرِينَ (94)
|
|||
|
(Jika kamu ragu
kepada apa yang kami turunkan kepadamu, maka tanyalah orang-orang yang
membaca Al-Kitab sebelum kamu).
|
|||
|
Di samping itu ada
hadis yang berbunyi:
|
|||
|
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو،
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «بَلِّغُوا عَنِّي
وَلَوْ آيَةً، وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلاَ حَرَجَ، وَمَنْ كَذَبَ
عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ». رواه البخاري
|
|||
|
(Sampaikanlah
olehmu apa yang kalian dapat dariku, walaupun satu ayat. Ceritakanlah tentang
bani Israil dan tidak ada dosa di dalamnya, barangsiapa yang sengaja
berbohong kepadaku maka bersiaplah dirinya mendapatkan tempat di dalam neraka.HR.Bukhari).”[10]
|
|||
F.
|
Israiliyyat Dalam Kitab-kitab
Tafsir
|
|||
1.
|
Jamiul bayan fi
Tafsir Al-Qur’an
|
|||
|
Tafsir ini disusun oleh Ibn Jarir Al-Thabariy (224-310), seorang yang
dikenal faiq, mufassir, dan ahli dalam berbagai disiplin ilmu. Disebut-sebut
sebagai Tafsir yang paling unggul dalam tafsir bil-Ma’tsur. Paling shahih dan
terkumpul di dalamnya pernyataan para sahabat dan tabi’in. Tafsir ini
dianggap sebagai referensi utama para mufassir. Bahkan sampai Imam An-Nawawi
berkata, “Kitab Ibn jarir dalam tafsir tidak ada duanya.” [11]
Bagi sebagian kalangan, dalam tafsir ini terdapat beberapa riwayat
Israiliyyat dan ini dianggap kesalahan. Riwayat itu banyak berasal dari Ka’ab
Al-Ahbar, Wahhab Ibn Munabbih, Ibn Juraij, As-Sudi dan lain-lain.
|
|||
|
Salah satu contoh
beliau menafsirkan surat Al-Kahfi ayat 94:
|
|||
|
قَالُوا يَا ذَا
الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ
نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا (94)
|
|||
|
(Mereka berkata: Hai Zulkarnain, Ya’juj dan Ma’juj itu perusak
di muka bumi).”
|
|||
|
Ibn Jarir Al-Thabariy menyebutkan riwayat dengan isnad yang
menyatakan: “Telah menceritakan kepada kami Humaid”; ia berkata:”telah
menceritakan kepada kami salamah” ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami
Muhammad Ibn Ishaq, yang berkata, “Telah menceritakan kepada kami salah seorang
ahli kitab yang telah masuk Islam, yang suka menceritakan kisah-kisah
asing: “dari warisan-warisan cerita yang diperoleh, dikatakan bahwa
Zulkarnain termasuk salah seorang penduduk Mesir. Nama lengkapnya Mirzaban Ibn
Murdhiyah, bangsa Yunani keturunan Yunan Ibn Yafits Ibn Nuh dan seterusnya.”
Oleh para muhaqqiq seharusnya Ibn jarir tidak menukil riwayat-riwayat
yang belum jelas kesahihannya berkenaan dengan Israiliyyat. Namun,
bagaimanapun juga beliau selalu menulis lengkap sanad-sanad riwayat yang
dinukilnya.[12]
|
|||
2.
|
Tafsir Muqatil
|
|||
|
Disusun oleh
muqatil Ibn Sulaiman wafat tahun 150 H. Dikenal sebagai ahli tafsir. Beliau
banyak mengambil hadis dari Mujahid, Atha Ibn Rabah. Dhahhak, dan Atiyyah.
Tafsir karya Muqatil terkenal sebagai tafsir yang sarat dengan
cerita-cerita Israiliyyat tanpa memberi sanad sama sekali. Disamping itu
tidak ditemukan komentar penelitian dan penjelasannya, mana yang hak dan yang
batil. Contoh yang diceritakan dalam tafsir ini hampir merupakan bagian dari
khurafat.
|
|||
3.
|
Tafsir
Al-Quranul Azhim
|
|||
|
Kitab tafsir buah karya Al-Hafizh Imaduddin Ismail Ibn Amr Ibn
Katsir (700-774 H) ini adalah kitab yang paling masyhur dalam
bidangnya. Kedudukannya berada pada posisi kedua setelah Tafsir Ibn
Jarir At-Thabari. Nama aslinya adalah Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim. Tafsir yang
diterima di khalayak ramai umat Islam.
Beliau menempuh metode tafsir bil
ma’tsur dan benar-benar berpegang padanya. Ini diungkapkan sendiri oleh
beliau dalam muqaddimah tafsirnya,: “Bila ada yang bertanya, apa metode
penafsiran yang terbaik? Jawabannya, metode terbaik ialah dengan menafsirkan
Al-Qur’an dengan Al-Qur’an. Sesuatu yang global di sebuah ayat diperjelas di ayat lain. Bila
engkau tidak menemukan penafsiran ayat itu, carilah di As-Sunnah karena ia
berfungsi menjelaskan Al-Qur’an. Bahkan Imam Syafi’I menegaskan bahwa semua
yang ditetapkan oleh Rasulullah saw, itulah hasil pemahaman beliau terhadap
Al-Qur’an. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu
Al-Kitab dengan kebenaran, agar engkau memutuskan perkara di antara manusia
dengan apa yang Allah ajarkan kepadamu. (QS. An-Nisa’ 105) dan Rasul saw
bersabda: sesungguhnya aku diberikan Al-Qur’an dan bersamanya yang
semisal (As-sunnah).
Murid Imam Ibn Taimiyah ini
menafsirkan dengan menyertakan ilmu al-Jarh wa at-ta’dil. Hadis-hadis mungkar
dan dhoif beliau tolak. Terlebih dahulu beliau menyebutkan ayat lalu
ditafsirkan dengan bahasa yang mudah dipahami dan ringkas. Kemudian
disertakan pula ayat-ayat lainnya sebagai syahidnya. Beberapa ulama
setelah beliau telah mengambil inisiatif menulisnya dalam
bentuk mukhtasar (ringkasan). Bahkan hingga saat ini.[13]
Di dalam tafsir ini juga menurut Al-Zhahabi,
tafsir ini populer dengan israiliyyat dan disertai penjelasan dan komentar,
hanya sedikit saja yang tidak dikomentari. Berbeda dengan Ibn jarir, Ibn
Katsir selalu mngingatkan para pembaca agar mewaspadai keganjilan dan
kemungkaran kisah-kisah Israiliyyat dalam tafsir bil-Ma’tsur.[14] Contoh saat menafsirkan surat
Al-Baqarah ayat 67:
|
|||
|
وَإِذْ قَالَ مُوسَى
لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً قَالُوا
أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ
الْجَاهِلِينَ (67)
|
|||
|
(Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu untuk menyembelih sapi betina...)”
|
|||
|
Dalam tafsirnya, Ibn
katsir menceritakannya panjang lebar sampai hal aneh dengan menceritakan
bahwa mereka mencari sapi betina khusus dan berada pada seorang Bani Israil
yang paling berbakti..” setelah menceritakan hal tersebut beserta asal-usul
riwayatnya, ia menjelaskan bahwa semua itu berasal dari kmitab-kitab bani
Israil yang boleh diriwayatkan tapi tidak boleh dibenarkan atau didustakan.
Maka cerita-cerita ini gtidak boleh dipercaya kecuali yang sesuai dengan haq
menurut kami.[15]
|
|||
3.
|
Tafsir Al-Baghawi
|
|||
|
Pengarang tafsir ini adalah Imam Husain
Ibn Mas’ud Al-Farra’ Al-Baghawi. Beliau juga seorang faqih lagi muhaddist,
bergelar Muhyi As-sunnah (yang menghidupkan sunnah). Beliau wafat tahun 510
H. Beliau memberi nama tafsirnya dengan Ma’alim At-Tanzil.
Dalam menafsirkan Al-Qur’an beliau mengutip atsar para salaf dengan
meringkas sanad-sanadnya. Beliau juga membahas kaedah-kaedah tata bahasa dan
hukum-hukum fiqh secara panjang lebar. Tafsir ini juga banyak memuat
kisah-kisah dan cerita sehingga kita juga bisa menemukan diantaranya
kisah-kisah Israiliat yang ternyata batil (berbeda dengan syariat dan tak
rasional). Namun secara umum, tafsir ini lebih baik dan lebih selamat
dibanding sebagian kitab-kitab tafsir bil ma’tsur lain.
Imam Ibn Taimiyah pernah ditanya tentang tafsir yang paling dekat
dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah di antara Al-Kasysyaf, Al-Qurtubi atau
Al-Baghawi. Beliau menjawab: ”Adapun diantara tiga tafsir yang ditanyakan,
tafsir yang paling selamat dari bid’ah dan hadis dhaif adalah Tafsir
Al-Baghawi, bahkan ia adalah ringkasan tafsir Al-Tsa’labi dimana beliau
menghapus hadis palsu dan bid’ah di dalamnya.[16]
Al-Baghawi membahas tentang qira’at sekalipun tidak
panjang lebar. Sesekali membahas ilmu nahwu dalam rangka mengungkap makna.
Adapun berkenaan dengan kisah israiliyyat, ia menulisnya tanpa memberi
komentar. Ia juga mengutip selisih pandangan di antara para salaf dalam
tafsir dan menyebutkan riwayat-riwayat mereka tanpa mentarjih, yakni tanpa
mensahihkan atau mendaifkan.[17]
|
|||
4.
|
Madarik At-Tanzil
wa Haqaiq At-Ta'wil
|
|||
|
Kitab tafsir ini dikarang oleh Abul
Barakat Abdullah Ibn Ahmad Ibn Mahmud An-Nasafi Al-Hanafi (Imam Nasafi).
Salah seorang ahli zuhud dari kalangan mutaakhirin. Ahli fiqih dan ushul
fiqh, ahli hadits dan beragam sisi-sisi makna, sangat tahu tentang
kitabullah. Memiliki banyak karangan dalam berbagai disiplin ilmu.
Tafsir ini termasuk di antara tafsir
ilmiyah yang tidak terlalu panjang dan tidak menjemukan. Tidak pendek dan tak
bermakna. Dalam mukaddimah kitabnya ia menjelaskan, "Saya telah diminta
oleh seseorang yang harus dipenuhi permintaannya agar menulis kitab tafsir
yang menghimpun berbagai i'rob dan qira'at, ilmu badi, isyarat yang detail
yang sarat dengan pandangan ahlusunnah dan terbebas dari kebatilan ahli
bid'ah dan kesesatan..."[18]
Imam Nasafi banyak menggambil faedah
dari tafsir Al-Baidhawi dan Al-Kassyaf. Dari Tafsir pertama ia ia banyak
mengambil makana-makna mendalam, pemahamannya, wejangan-wejangannya, dan
pembahasannya yang fokus. Adapun dari Al-Kassyaf, ia banyak mengutip tentang
bahasa dan dialognya terhadap berbagai pendapat, ia pun memilih pendapatnya
sendiri. Namun, ia tidak jatuh dalam fanatisme terhadap muktazilah seperti
Zamakhsari.[19]
Dalam masalah israiliyyat, ia sangat
sedikit menyebutkan cerita-cerita israiliyyat. Dalam menyebutkannya pun
terkadang tidak memberi komentar dan adakalanya menyatakan
ketidaksetujuannya. Beberapa contoh penafsiran di antaranya, QS Shad : 21-22 :
|
|||
|
وَهَلْ أَتَاكَ نَبَأُ
الْخَصْمِ إِذْ تَسَوَّرُوا الْمِحْرَابَ (21) إِذْ دَخَلُوا عَلَى دَاوُودَ
فَفَزِعَ مِنْهُمْ قَالُوا لَا تَخَفْ خَصْمَانِ بَغَى بَعْضُنَا عَلَى بَعْضٍ
فَاحْكُمْ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَلَا تُشْطِطْ وَاهْدِنَا إِلَى سَوَاءِ
الصِّرَاطِ (22)
|
|||
|
(Dan adakah sampai kepadamu berita
orang-orang yang berperkara ketika mereka memanjat pagar? Ketika mereka masuk
(menemui) Daud lalu ia terkejut karena kedatangan) mereka. Mereka berkata:
"Janganlah kamu merasa takut; (kami) adalah dua orang yang berperkara
yang salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang lain; maka berilah
keputusan antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari
kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus." (QS. Shad: 21-22)
|
|||
|
Muhammad Husain Az-Zahabi menulis
bahwa setelah menyebutkan riwayat yang tidak bertentangan dengan kemaksuman
Nabi Dawud, An-Nasafi berkata,"Hikayat bahwa ia mengutus Auria kedua
kalinya ke peperangan Balqa agar ia terbunuh supaya istrinya dinikahi
olehnya, sangat kontradiksi dengan orang yang memiliki sifat kesalihan,
terlebih lagi para Nabi."
Ali Ibn Abi Thalib
berkata,"Barangsiapa bercerita kepadamu satu hadits tentang Dawud
seperti yang diceritakan oleh para ahli kisah dan tukang cerita, hendaklah
kamu mencambuknya 160 kali. Karena ia melakukan kebohongan tentang
Nabi...". Ketika menafsirkan QS. Shad ayat 34:
|
|||
|
وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا
عَلَى كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ (34)
|
|||
|
(Dan
sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di
atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat).
|
|||
|
Di sini Al-Nasafi menyebutkan
sejumlah riwayat yang tidak kontradiksi dengan kemaksuman Sulaiman as. Kemudian
ia berkata, "Adapun riwayat tentang cincin dan setan serta penyembahan
setan di rumah Sulaiman as, merupakan riwayat batil dari orang-orang
Yahudi."[20]
|
|||
G.
|
Kaedah Mengecam Israiliyyaat
|
|||
|
Bukanlah sesuatu perkara yang mudah
untuk mengatakan sesuatuh riwayat itu Israiliyyaat atau tidak. Ilmu yang amat
penting bagi mereka yang ingin menguasai bidang ini ialah Ilmu Tafsir
al-Quran, khususnya yang melibatkan kisah-kisah al-Quran, Ilmu Mustholah
Hadis, Ilmu Rijaal Hadis, di samping pengetahuan mendalam tentang hadis-hadis
yang sohih dan tidak sohih berkenaan kisah para Nabi dan kisah-kisah lmasa
lalu. Berikut akan dicoba menyebutkan beberapa kaedah atau cara yang dapat membantu mengenal
riwayat Israiliyyat.
|
|||
1.
|
Pengamatan sanad
|
|||
|
Rijal / perawi terkenal dengan meriwayatkan
Israiliyyat seperti Abdullah Ibn ‘Amar Ibn al-‘Ash dan Abdullah Ibn Salam
dari kalangan sahabat. Dari kalangan tabi’in pula seperti Ka’ab Ibn al-Ahbar,
Wahab Ibn Munabbbih, as-Saiyyidul al-Kabir, Qatadah, al-Hasan al-Basri
dan Mujahid. Adapun dari kalangan golongan tabi’ tabi’in pula
seperti Ibn Ishaq, Ibn Zaid dan Ibn Juraih.
|
|||
|
Terdapat kenyataan jelas dari perawi
menyebut bahwa riwayat yang disampaikan adalah bersumberkan sumber
Israiliyyaat. Sanad riwayat Israiliyyat kebiasaannya bersifat terhenti
“mauquf” kepada sahabat, bukan “marfu’” kepada Nabi S.A.W.
|
|||
|
||||
2.
|
Pengamatan matan
|
|||
|
Persoalan yang disentuh Israiliyyaat
biasanya mengenai asal usul kejadian alam serta rahasianya seperti asal usul
kejadian langit dan bumi. Matan mengandungi kisah para Nabi dan kisah-kisah
lampau. Perincian
ayat-ayat samar (mubhamat) yaitu perkara yang tidak dijelaskan
al-Quran seperti menentukan jenis pohon larangan dalam surga yang
dilarang Allah kepada Nabi Adam dan isterinya Hawa dan menentukan bagian
anggota lembu yang digunakan untuk memukul si mati dalam kisah bani Israil.
|
|||
|
||||
|
||||
|
Matan memperlihatkan hal yang tidak
masuk akal seperti cerita salah seorang anak Nabi Adam a.s yang
memikul saudaranya yang dibunuh selama seratus tahun. Janazah itu dibawanya kesana- kemari sehingga Allah mengirim burung gagak untuk mengajarnya
cara menguburn jenazah saudaranya itu. Matan mengandungi perkara-perkara
yang berlawanan dengan al-Quran dan as-Sunnah as-Sahihah seperti matan yang menyebut
bahwa isteri Nabi Nuh a.s adalah yang mereka yang selamat dari azab
banjir besar.
|
|||
|
||||
|
Matan mengandungi perkara-perkara
yang menyalahi kesucian “`ishmah” para Nabi dan malaikat seperti dalam
cerita keinginan nabi Yusuf terhadap isteri pembesar Mesir yang sampai
keperingkat paling kritikal iaitu menangggalkan seluar serta kisah tentang
malaikat Harut dan Marut. Matan menyebut cerita-cerita
khurafat. Matan menceritakan sesuatu yang pelik “gharib” seperti yang menyebut
bahwa bilangan alam sebanyak delapan belas ribu atau empat belas
ribu.
|
|||
|
||||
|
||||
|
Adanya pertentangan fakta
pada matan seperti penentuan anggota lembu Bani Israil di mana ada yang
mengatakan paha, lidah, ekor dan sebagainya. Terdapat indikasi di dalam matan yang menyebutkan bahwa ia diambil dari sumber
Israiliyyaat dari Ahli Kitab atau kitab Bani Israil. Disebut pada matan lafaz-lafaz
“tadh’if” atau tamridh yang menjelaskan bahawa ia dianggap lemah.
|
|||
|
||||
|
||||
3.
|
Merujuk Kepada Penjelasan Ulama.
|
|||
|
Ulama yang banyak mengupasn isu Israiliyyaat seperti:
|
|||
|
a.
|
Ibn Hazam dalam kitab al-Faslu Fil Milaali Wal
Ahwa’i Wan Nihal.
|
||
|
b.
|
At-Thobari dalam kitab Jami’ul Bayan Fi
Ta’wili Aayil Quran dan Tarikhul Umami Wal Muluk.
|
||
|
c.
|
Al-Qadhi ‘Iadh dalam Kitabus Syifaa’ Bita’rifi
Huquqil Mustafa.
|
||
|
d.
|
Syeikh al-Islam Ibn Taimiyyah dalam kitab An-Nubuwwah
dan Al-Jawabus Sahihu Li Man Baddala Diinul Masih.
|
||
|
e.
|
Ibn al-Qayyim dalam kitab Hidayatul Hiyari Fi
Ajwibatil Yahudi Wan Nashara.
|
||
|
f.
|
Al Hafiz Ibn Katsir dalan kitab tafsirnya dan
juga Al-Bidayatu Wan Nihayah.
|
||
|
g.
|
Rahimahullah Al-Hindi dalam Izharul Haq.
|
||
|
h.
|
Jamaluddin al-Qosimi dalam Mahasinut Ta’wil.
|
||
|
i.
|
Muhammad Husin az-Zahabi dalam Al-Israiliyyaat Fit Tafsir Wal Hadits dan Kitabut Tafsir Wal
Mufassirun.
|
||
|
j.
|
Al-‘Allamah Abu Syahbah dalam Al-Israiliyyaat
Wal Maudhu’at Fi Kutubit. Tafsir.
|
||
|
k.
|
Syeikh Abdul Wahab an-Najjar dalam Qishoshul
Anbiya’.
|
||
4.
|
Merujuk
Sumber-sumber Israiliyyat.
|
|||
|
Tujuan merujuk kepada sumber-sumber
Yahudi (Irailiyyat)
tidak bermaksud agar
kita mengiyakan atau membenarkan apa yang termaktub dalam kitab-kitab
mereka, tetapi sekadar untuk melakukan perbandingan dengan kitab-kitab
warisannya ulama mu’tabar kita dalam soal-soal yang berkaitan dengan
Israiliyyaat. Sekiranya ia disebut dalam sumber-sumber yang itu, maka itu
dapat meyakinkan kita bahwa ia memang benar riwayat
Israiliyyaat.
|
|||
|
Sumber-sumber Yahudi seperti berikut :
|
|||
|
a.
|
Kitab
Taurat.
|
||
|
|
|
||
|
|
|
||
|
b.
|
Talmud.
|
||
|
|
Talmud berarti ajaran atau pengetahuan, derivasi dari kata laumid dalam
bahasa Ibrani yang artinya pelajaran, ada yang mengatakan pengajaran dengan perantara
kitab suci, dan setelah pertengahan abad kedua maeshi ditetapkan Talmud
sebagai kitab yang berisi hukum-hukum syariat kaum Yahudi.[21]
|
||
|
|
|
||
|
c.
|
Kitab-kitab
Injil.
|
||
|
|
|
||
|
|
|
||
|
|
|
||
|
Selain daripada sumber Yahudi
terdapat juga sumber Nasrani yang termuat dalam Kitab Injil tetapi
Israiliyyaat di dalam sumber Nasrani amat sedikit berbanding sumber Yahudi
sendiri.[22]
|
|||
H.
|
Penutup.
|
|||
|
Ada beberapa kisah Israiliyyat yang
kemudian menyebabkan kekeliruan dan mengganggu kemurnian ajaran Islam. Kisah-kisah
tersebut biasanya yang berbumbu dongeng dan khurafat, yang bertentangan
dengan akal sehat dan Syara’. Implikasi dari
kisah-kisah macam ini sangat dalam, misalnya:
|
|||
1.
|
Dalam Riwayat
Israiliyyat terdapat unsur-unsur penafikkan terhadap sifat maksum para Nabiyullah
dan Rasulullah, serta menggambarkan mereka dengan imaji kekejian dan aib yang
tidak layak bagi manusia yang dimuliakan oleh wahyu Allah. Sebagai contoh
misalnya kisah bahwa Nabi Nuh as. minum anggur sampai mabuk dan telanjang,
kisah bahwa Nabi Luth as. berzina dengan dua orang putri kandungnya, kisah
bahwa Nabi Daud as. menzinahi istri panglimanya -Aurya, kisah bahwa Nabi
Sulaiman as. menyembah patung-patung dan membangun kuil-kuil pemujaan untuk
menyenangkan istri-istrinya,
|
|||
2.
|
Riwayat-Riwayat
Israiliyyat berpotensi menyimpangkan kepercayaan umat Islam terhadap sebagian
ulama salaf dari kalangan sahabat dan Tabi’in. Ada banyak dongeng Israiliyyat
yang riwayatnya dinisbatkan kepada kalangan salafus salih yang terkenal
karena keadilannya dan reputasinya yang dapat dipercaya. Sebagian dari mereka
bahkan terkenal di kalangan orang-orang Islam dengan tafsir dan Hadits yang
diriwayatkannya. Mereka yang namyanya dicatut antara lain Abu Hurairah ra.,
Abdullah Ibn Salam ra., Ka’ab Al Ahbar, dan Wahab Ibn Munabih.
|
|||
3.
|
Riwayat
Israiliyyat memiliki potensi untuk memalingkan manusia dari tujuan Al-Quran
yang sesungguhnya dan dapat melalaikan umat dari pelajaran dan pemahaman
maksud ayat-ayat Al-Quran, melalaikan umat dari pengambilan manfaat dan
iktibar, serta nasihat-nasihat yang terkandung di dalamnya atau pemahaman
tentang hukum-hukum yang terdapat di dalamnya. Riwayat Israiliyyat memiliki
potensi memalingkan umat kepada perkara sia-sia. Misalnya membahas warna
anjing Ashabul Kahfi dan namanya, membahas kayu bahan tongkat Nabi Musa as.,
membahas tentang nama anak kecil yang dibunuh oleh Khidir dan sebagainya.
|
|||
|
Inilah akibat Riwayat Israiliyyat terhadap aqidah umat Islam dan juga
terhadap kesucian ajaran Islam. Kaum Yahudi selalu berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk mengikis aqidah dan melemahkan kepercayaan umat Islam
terhadap Al-Quran dan Al-Hadits. Mereka juga berusaha menggoyang kepercayaan
umat Islam terhadap golongan salafussalih yang memiliki peran dalam memikul
risalah umat Islam dan menyebarkannya ke segala penjuru dunia. Karena itu,
umat Islam perlu mencermati dan memperhatikan serta mempertimbangkan
penyerapan Riwayat Israiliyyat dalam tafsir-tafsir dan menyaringnya
(Al-Zahabi 1990: 29-34).
Semoga kaum Muslimin terhindar
dari Israiliyyat yang menyesatkan.
|
|||
Daftar Pustaka
|
||||
Ahmad Izzan, Ulumul Quran; Telaah Tektualitas dan Kontektualitas
Al-Quran, (Bandung, Tafakur, 2009).
|
||||
As’ad
Zaruq, Talmud wa Suhyuniyyah, (Kairo, Maktab al-Bahts), 1970.
|
||||
Imam
Al-Jurjani, Kitab Al-Ta’rifat, Darul Baz, Makkah
1403 H.
|
||||
Manna Al-Khattan, Mabahis fi Ulumil Qur’an, Mansurat
Al-Ashril hadits , Riyadh, 1393 H.
|
||||
Muhammad Husain
Az-Zahabi, Al-Tafsir Wal-Mufassirun, Terjemahan Ensiklopedia Tafsir,
Kalam Mulia, Jakarta, 2010.
|
||||
Mani’ Abdul Halim Mahmud,, Manahijulmufassirin, Darul
Kutubul Misr,i Kairo, 1978.
|
||||
Muhammad Ali As-Shobuni, At-Tibyan fi Ulumil
Qur’an, Darul Kutubul Islamiyah, Jakarta,, 2003.
|
||||
Supiana dan M. Karman, Ulumul Quran, Pustaka
Islamika, Jakarta, 2009
|
||||
www. Almadanii.multyply.com
|
||||
|
Padang, 5 Desember 2014
Sobhan Lubis
HP.081363666439
Gmail :
sobhanlubis@gmail.com
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
[1] Disampaikan
pada acara “Pendidikan Kader Ulama” MUI Sumbar, tanggal 15 Safar 1436 H./ 8
Desember 2014 M.
[2] Anggota
Komisi Fatwa MUI Sumbar/ Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Imam Bonjol Padang.
[3] Supiana dan M. Karman, Ulumul
Quran, (Jakarta:Pustaka Islamika) h. 197.
[4] Ahmad Izzan, Ulumul Quran;
Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas Al-Quran, (Bandung: tafakur:2009) h.
232.
[6] Supiana dan M. Karman, Op.cit,
h. 198-199.
[7] Ahmad Izzan, Op.Cit, h. 233.
[9] Muhammad Husain Az-Zahabi, Al-Tafsir
Wal-Mufassirun, Terjemahan Ensiklopedia Tafsir, (Jakarta:Kalam Mulia, 2010), h. 165.
[17] Muhammad husain Az-Zahabi, Op.Cit. h.
165
[21] As’ad
Zaruq, Talmud wa Suhyuniyyah, (Kairo, Maktab al-Bahts), 1970, h.87.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar