Ulama yang memiliki kapasitas, kapabilitas dan kompetensi keilmuan memadai lahir dari sebuah proses pendidikan. Buya Hamka, misalnya, lahir dari sebuah proses pendidikan yang sangat ideal. Ia dididik langsung oleh ulama-ulama hebat di lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Ia diajar langsung oleh ayahnya, belajar kepada Haji Agus Salim, Buya Malik Ahmad dan sebagainya. Hamka juga muncul dan teruji sebagai ulama setelah terjun ke tengah masyarakat. Menurut Hamka, ia sempat dicegah Haji Agus Salim ketika bermaksud tinggal bertahun-tahun untuk belajar di Arab Saudi. Tujuannya agar Hamka langsung terjun ke tengah masyarakat.
Guru-guru yang hebat semacam Haji Agus Salim itulah yang sepatutnya dihadirkan dalam program-program kader ulama kita. Guru harus memiliki ilmu yang memadai dan akhlak yang terpuji supaya bisa menjadi teladan bagi murid-muridnya. Pendidikan dalam Islam bukan bertujuan utama untuk meraih gelar akademis dan meraih pujian manusia, tetapi untuk meraih ilmu yang bermanfaat yang dapat membawa pemiliknya dekat kepada Allah dan meningkatkan semangat berjuang menegakkan kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar