Secara khusus, kehadiran ulama Muhammadiyah di panggung sejarah dengan pengalamannya pada satu abad yang lalu, kini mengalami kemunduran, baik dari segi kualitas dan kuantitasnya. Bila diperhatikan dengan seksama, kehadiran reformasi beberapa tahun yang lalu tidak terlalu banyak memberikan pengaruh perbaikan pada Muhammadiyah pada aspek penyiapan kader ulama. Reformasi banyak melahirkan anak muda dari organisasi lain yang bisa mengenyam pendidikan S2 dan S3 di perguruan-perguruan tinggi bergengsi di dalam dan luar negeri. Kalau dahulu ada seorang profesor atau bergelar Ph.D yang beragama Islam, hampir dapat dipastikan mempunyai latar belakang Muhammadiyah. Tetapi sekarang, anak-anak muda lulusan S2 dan S3 yang baru pulang dari Eropa, Amerika atau dunia Arab, kebanyakan bukan berasal dari kultur Muhammadiyah. Padahal, mereka inilah nanti yang akan menghiasi teras kepemimpinan bangsa di masa yang akan datang.
Muhammadiyah dan generasi mudanya harus segera berbenah, “jangan sampai merasa besar dan mengklaim sebagai bagian dari gerakan pembaruan, apalagi menganggap yang lainnya tradisional”, namun justru sesungguhnya sudah sangat jauh tertinggal. Oleh karena itu pembaruan perkaderan baik yang bersifat umum maupun secara khusus perkaderan ulama, harus segera digiatkan. Genderang perkaderan yang sungguh-sungguh dan strategis harus segera ditabuh agar ulama dan tokoh Muhammadiyah dapat memimpin umat Islam dan memiliki peran strategis untuk membangun peradaban, khususnya di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar