Semua Anggota Muhammadiyah Mengaji
Oleh: dr. Agus Sukaca , M.Kes
(Mantan Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah)
Allahuyarham pak AR Fachruddin berulang-ulang menyatakan bahwa pengajian adalah ruh-nya Muhammadiyah. Tanpa pengajian, Muhammadiyah ibarat jasad yang sudah tak bernyawa. Betapapun hebatnya seseorang, bila nyawanya sudah tak ada, ia hanyalah mayat yang tidak lagi mampu memberikan kemanfaatan bagi orang lain. Ia menjadi tanggungjawab orang lain untuk memandikan, menshalatkan dan menguburkan. Demikian halnya dengan Muhammadiyah, bila tanpa pengajian, ia kehilangan kemampuan memberikan kemanfaatan bagi ummat, bahkan menjadi beban. Menurut pengamatan saya, orang-orang yang sering bermasalah dalam Muhammadiyah, apakah di amal usaha atau persyarikatan, bila ditelusuri, ternyata kebanyakan bukanlah orang yang ahli mengaji.
KHA Dahlan mengawali geraknya melalui pengajian-pengajian. Beliau senantiasa mencari peluang untuk mengisi pengajian dan menggerakkan pengajian. Sejarah mencatat banyak pengajian-pengajian yang digerakkan KHA Dahlan, seperti: Qismul Arqa’, Fathul Asrar wa Miftahus Sa’adah, Wal ‘Ashri, Pengajian Malam Jum’at, Sapatresna, dll. Dari pengajian-pengajian tersebut muncul kader-kader dakwah yang luar biasa, yang menyebarluaskan Muhammadiyah ke segala penjuru Nusantara.
Tentu pendiri dan para pemimpin Muhammadiyah terdahulu mempunyai alasan yang kuat kenapa menempatkan pengajian sebagi inti gerakan. Kita bisa melacak alur pemikiran mereka dengan mempelajari kaidah-kaidah perjuangan Muhammadiyah yang mereka rumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, MKCH, Kebribadian Muhammadiyah, Khittah Perjuangan Muhammadiyah, Visi dan Misi Muhammadiyah dan lain-lain.
Dalam Kepribadian Muhammadiyah, Muhammadiyah diberi pengertian sebagai Gerakan Islam yang maksud geraknya adalah Dakwah Islam Amar Makruf Nahi Mungkar. Pengertian ini diaktualisasikan dalam misi Muhammadiyah: menegakkan keyakinan tauhid yang murni, menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah; dan mewujudkan amal islami dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.
Berbagai amal usaha yang dibentuk Muhammadiyah, sesungguhnyalah untuk menjalankan misi tersebut. Melalui bidang pendidikan, didirikanlah Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal, Sekolah Dasar dan Menengah, pondok pesantren, serta Perguruan Tinggi, di dalamnya dilaksanakan pengajaran dan pendidikan agama secara terstruktur dengan kurikulum yang jelas. Melalui bidang kesehatan, didirikanlah poliklinik, rumah bersalin, rumahsakit untuk memberikan pelayanan kesehatan yang Islami, dan menggembirakan orang untuk beragama Islam dengan baik. Melalui bidang kesejahteraan, didirikanlah panti asuhan anak yatim, dll.
Melalui pendidikan formal, kita bisa menyebarluaskan ajaran Islam untuk waktu yang agak panjang sesuai masa pendidikannya. Melalui Panti Asuhan, kita juga bisa melakukannya untuk batas waktu tertentu selagi anak dalam masa pengasuhan. Melalui rumahsakit, waktunya lebih terbatas lagi. Semua amal usaha tersebut penting, tetapi kita tidak mungkin mengajak para siswa dan mahasiswa Muhammadiyah sepanjang hayat belajar di sekolah atau perguruan tingginya masing-masing. Pada waktunya mereka akan lulus dan keluar dari perguruan Muhammadiyah. Demikian halnya di rumahsakit, tidak mungkin kita minta pasien untuk tinggal terus di rumahsakit. Lantas bagaimana setelah mereka lulus sekolah, selesai diasuh atau selesai dirawat? Bagaimana pula yang tidak bersekolah di sekolah Muhammadiyah, tidak diasuh di panti asuhan Muhammadiyah, atau tidak dirawat di RS Muhammadiyah? Di sinilah urgensinya pengajian!
Pengajian adalah media paling pas bagi ummat Islam untuk belajar sepanjang hayat tanpa batas waktu. Melalui pengajian pula kehidupan berjama’ah bisa diamalkan. Dan melalui pengajian pula fungsi Muhammadiyah untuk mengantarkan ummat Islam ke gerbang surga jannatun na’iem dapat dilaksanakan. Berada dalam Jama’ah Pengajian Muhammadiyah menjamin kita tetap berada dalam Orbit Gerakan Muhammadiyah.
Perkembangan Gerakan Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari pengajian. Kaidah-kaidah persyarikatan menjadikan pengajian menjadi inti gerakan. Ranting Muhammadiyah berdiri dengan syarat minimal memiliki amal usaha pengajian anggota, pengajian umum, dan jama’ah. Demikian pula untuk level kepemimpinan cabang, daerah, dan wilayah, mensyaratkan memiliki amal usaha pengajian pimpinan dan pengajian muballigh.
Pengajian anggota merupakan bagian dari sistem pembinaan anggota. Tujuannya memberikan pengajaran dan bimbingan kepada anggota agar menjadi muslim yang taat, memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang benar sesuai dengan yang dipahami Muhammadiyah, dan mampu menjadi subyek dakwah. Kewajiban ranting menyelenggarakan Pengajian Anggota mengisyaratkan semua anggota harus mengaji, meningkatkan pemahaman agama, dan senantiasa berada dalam jama’ah. Ini juga berarti bahwa menjadi Anggota Muhammadiyah adalah teken kontrak untuk menjadi muslim yang baik dan senantiasa menjadi lebih baik.
Apakah anda sudah rutin mengikuti Pengajian Anggota? Alhamdulillah bila jawaban anda “ya”. Tetapi bila belum, sebagai Anggota Muhammadiyah anda berkewajiban segera bergabung dalam Pengajian Anggota yang ada dalam ranting anda. Bila di ranting anda belum diselenggarakan, segeralah bergerak menghubungi Pimpinan Ranting dan anggota-anggota yang ada di sekitar anda, ajaklah mereka mengaji. Anda lah penggeraknya.
Pengajian Umum, di samping merupakan bagian dari sistem pembinaan anggota juga menjadi bagian dari sistem dakwah Muhammadiyah kepada para simpatisan. Pengajian ini menjadi media Muhammadiyah untuk melaksanakan misi menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah kepada masyarakat umum. Anggota Muhammadiyah sebagai inti anggota pengajian dan masyarakat umum sebagai sasaran dakwah Muhammadiyah. Kewajiban ranting menyelenggarakan pengajian umum mengindikasikan bahwa sasaran dakwah Muhammadiyah haruslah senantiasa diperluas di kalangan masyarakat umum, sehingga makin hari makin banyak masyarakat umum yang menerima dakwah Islam. Sebagai Anggota Muhammadiyah tugas kita adalah memasarkan dan merekrut sebanyak-banyaknya orang-orang yang anda kenal untuk mengikuti pengajian ini.
Kalau kita telusuri dengan teliti, ternyata tugas utama Anggota Muhammadiyah adalah mengaji dan mengajak orang mengaji. Tugas mengaji diperlukan untuk keperluan pembinaan diri agar dari hari kehari agar tauhidnya tambah murni dan kuat, pemahaman agamanya semakin luas dan mendalam, dan perwujudan amal islaminya dalam kehidupan pribadi dan keluarganya semakin mantap. Sedangkan tugas mengajak orang mengaji, merupakan aktualisasi pelaksanaan dakwah yang paling sederhana yang bisa dilakukan oleh semua Anggota Muhammadiyah.
Bayangkan, apabila semua Anggota Muhammadiyah mengaji, dan masing-masing dapat mengajak minimal seorang simpatisan dalam sebulan, maka dalam sebulan saja jumlah peserta pengajian Muhammadiyah akan menjadi 2 kali lipat! Betapa dahsyatnya!
Wallahu ‘Alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar