Anda tidak bisa berbahasa Arab?
Anda tidak bisa membaca kitab?
Jangan bermuram durja ketika mengaca diri dan melihat bahwasanya, 'wah,
gue ga bisa berbahasa Arab, lho.' Ketahuilah, bahwa mempelajari dan
menguasai Bahasa Arab itu tidak wajib. Tidak wajib. Tidak wajib kecuali:
--> sebagian dzikir dalam shalat dan mana Surat Al-Fatihah. Juga sebagai bonus tambahan ayat-ayat lain.
--> bagi yang BERKONSENTRASI di ilmu syariah.
Jangan minder ketika di pengajian, ternyata teman-teman bisa memahami
bahasa Arab. Karena mungkin mereka diberi rizki lebih, yaitu pendidikan
di pondok dulu, atau pendidikan kampusnya, atau mengenal bahasa Arab
lebih dahulu. Tapi minderlah ketika punya teman dekat, kenal bahasa Arab
bareng, satu pengajian, dan bedanya: dia bisa baca kitab sedangkan kamu
tidak. Nah, minderlah kalau begitu.
Namun, bagi yang
berkonsentrasi di ilmu syariah, seperti rutin mengikuti kajian syariah
tiap hari atau seminggu sekian kali, atau banyak menulis tentang ilmu
syar'i, apapun itu cabangnya, maka ia HARUS punya kemampuan Arabic.
Minimal: bisa baca kitab. Itu sudah mencukupi. Tidak harus bisa bicara
Arabic fluently.
Once again, menguasai Arabic bukan sebuah
kewajiban [fardhu ain]. Tidak mungkin menjadikannya kewajiban bagi
setiap orang dan setiap anak pengajian. Ini akan memberatkan. Karena
Arabic bukan bahasa yang baru dipelajari setahun, langsung menjadikan
pembelajar ahli. Membutuhkan 'otak' juga.
======================================
Cuma, begini:
Bisa membaca kitab [Arabic] itu memang tidak wajib. Tapi, tetap saja
bisa menjadi problem untuk penuntut ilmu yang mengaji bertahun2. Problem
itu mungkin belum kerasa sekarang. Tapi, suatu saat akan terasa. Terasa
sekali.
Nanti ketika sudah menjadi thalib senior, sudah banyak
pengetahuan, tapi ketika diminta syarh [menjelaskan] kitab oleh para
junior atau pemula, eeeh...malah merujuk pada buku terjemahan. Takutnya,
para pemula akan nyeletuk, 'Aduh, Kang....kalau cuma buku terjemahan,
ana sendiri juga bisa baca di rumah.'
Atau nanti ketika sudah
menjadi dai besar, mengkritik Aswaja [misalnya], lalu pihak Aswaja
menyodorkan dalil atau bukti dari kitab kuning atau kitab Arab tanpa
terjemahan. Eeeh...malah kemudian berkata, 'Afwan, ana tidak [belum]
bisa baca Arab gundul. Antum ada terjemahannya ga?' Ya kalau begini
siap-siap jadi bahan tertawaan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar