Selasa, 19 September 2017

MENJAGA KEDUDUKAN ULAMA DI TENGAH UMAT



MENJAGA KEDUDUKAN ULAMA DI TENGAH UMAT
Oleh: Aya S Miza
(Alumni Pendidikan Kader Ulama Muhammadiyah Sumatera Barat)

            Akhir-akhir ini banyak terjadi pelecehan terhadap Ulama. Pelakunya adalah oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Mulai dari pejabat, politikus, tukang lawak dan orang-orang awam. Mereka semua menunjukan sikap tidak menghormati dan terkesan meremehkan kedudukan mereka. Padahal Ulama adalah pewaris para Nabi dan pelindung Agama dari keburukan. Mereka memiliki kedudukan yang agung dalam Agama Islam. Memuliakan mereka adalah kewajiban dan merupakan bagian dari agama. Sementara memusuhi mereka adalah bentuk pengumuman perang terhadap Allah ta’ala. Sebagaimana dalam sebuah hadits Qudsi, "Barangsiapa yang memusuhi waliku, maka Aku umumkan perang kepadanya" (HR. Bukhari)

Pentingnya Menghormati Ulama

Dewasa ini di era globalisasi adalah hari-hari yang paling menyesakan dada. Bagaimana tidak, keributan, kekisruhan, kekecauan, ketidaknyaman, ketakutan, kekhawatiran, dan kenestapaan ada dimana-mana. Tidak ada lagi rasa aman, nyaman, damai, tenang, dan sentosa. Hidup ini benar-benar terasa berat dan susah jadinya. Tidak ada lagi canda tawa, tak ada pula senyum sapa, dan tak muncul juga muka cerah seindah mentari. Yang ada adalah wajah cemberut dan muram, pikiran stress serta debat dan keluh kesah. Sungguh, kekhawatiran dan kecemasan pun benar-benar menggelayut di setiap jiwa. Bahkan, agama pun kena imbasnya. Ia menjadi terpinggirkan, tersudutkan, dan terbengkalai di pojok hati yang entah kapan akan dilestarikan serta dipraktekan dalam kehidupan nyata.

Kita sudah membuang dan menjauh dari tuntunan dari tuntunan Nabi kita yang mulia. Kita lebih mengedepankan emosi dan perasaan dalam menimbang sebuah perkara daripada petuah Nabi kita tercinta itu. Kita lebih mendahulukan akal dan logika dalam menyelesaikan problematika kehidupan daripada petunjuk Nabi yang agung. Kita lebih senang mempertentangkan ajaran Nabi antara satu dan yang lainya daripada menerima seutuhnya dengan hati yang lapang. Pantaslah jika janji-janjinya itu kemudian tidak terwujudkan sama sekali.
Itulah kesalahan kita. Ternyata kita gemar mempermainkan dan menjauhi agama. Memang Islam itu agama yang membawa kebahagiaan dan kedamainan. Namun, tingkah laku kita yang rusak menjadikan agama tak berguna bagi kehidupan kita. Benar bahwa Nabi Muhammad saw itu adalah rahmatan lil’alamin. Namun, perilaku kita yang suka menyelisihi ajaranya itu menyebabkan kesusahan dan kesempitan hidup. Semua kerusakan yang terjadi ternyata kita sendirilah penyebabnya.

Jadi, ringkasnya jika kita ingin bahagia dan selamat dalam hidup ini, kita harus menghargai dan menjunjung tinggi Nabi kita dan ajaran-ajaranya. Bukan Cuma itu, sepeninggalnyapun kita juga mesti menghormati dan menghargai orang yang mewarisi dan meneruskan perjuanganya, yang tidak lain adalah para ulama.

Sama halnya jika melecehkan para Nabi adalah dosa besar, melecehkan para ulamapun juga berdosa. Jika Nabi adalah orang yang harus dimuliakan di tengah-tengah umat, ulamapun harus diperlakukan sama. Jika menghina Nabi adalah awal sebuah kehancuran, menghina ulamapun demikian. Sebab, ulama adalah pewaris para Nabi. Maka, secara otomatis pun dia juga mewarisi kedudukan dan kemuliaan yang dimiliki Nabi. Hanya saja Ulama tidaklah maksum seperti Nabi.

Karenanya, kita berkewajiban untuk mencintai ulama sebagaimana mencintai Nabi, menaatinya dalam hal ketaatan kepada Allah sebagaimana ketaatan kepada Nabi, dan menjaga harga dirinya sebagaimana menjaga harga diri Nabi. Itulah ajaran Islam yang telah dipraktekan sejak dahulu Salafushaleh. Mereka mendudukan ulamanya di tempat yang terpandang sebagaimana mestinya serta menjadikan rujukan dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan urusan umat.

Kemudian, seiring dengan berjalanya waktu berkuranglah ilmu dan para ahli ilmu dari muka bumi ini. Para ulama panutan pun semakin hari semakin sedikit jumlahnya. Bersamaan dengan itu, ternayata manusia juga semakin jauh dari petunjuk salafushaleh. Kini ulama tak lagi dihormati dan dihargai. Seolah-olah dia bukanlah orang yang memiliki kedudukan tinggi dalam agama ini. Perkataanya dicerca, pendapatnya dicela, dan fatwanya diabaikan. Bahkan, harga dirinya diinjak-injak dan dihina. Atau jika dihargai, dia ditempatkan tidak sewajarnya. Dia dipuja dan disanjung setinggi-tingginya. Sampai-sampai tidak sedikit yang kemudian berkeyakinan bahwa dia adalah mahkluk yang suci dari salah dan dosa, alias maksum. Bahkan, kemudian dia diyakini mampu mencapai sebuah derajat yang tak mungkin dicapai sekalipun oleh para Nabi dan Rasul serta malaikat. Dia pun akhirnya dijadikan tujuan untuk bertaqlid secara mutlak dan tanpa batas. Allahu Musta’an

Itulah wajah dunia Islam saat ini. Itulah dua potret kehidupan beragama yang berkembang di tengah-tengah umat dewasa ini. Tentunya tak perlu diragukan lagi bahwa bahwa dua hal di atas jelas salah. Sebab, yang pertama adalah perilaku golongan khawarij sesat yang tidak menghormati Ulama sama seklai ; yang kedua adalah tingkah laku sekte Rafidhah kafir yang mengkultuskan Ulama. Halan pertengahan adlah selalu yang terbaik, sebagaimana para Salafushaleh memperlakukan Ualamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar