Selasa, 19 September 2017

ISLAM MENJAGA DAN MERAWAT PERSATUAN BANGSA DAN NEGARA



ISLAM MENJAGA DAN MERAWAT PERSATUAN BANGSA DAN NEGARA
Oleh: Aya S Miza
(Alumni Pendidikan Kader Ulama Muhammadiyah Sumatera Barat)


Islam adalah Agama yang Sempurna

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً

"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah kusempurnakan nikmat-Ku bagi kalian dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian." (Al Maidah : 3)

Al Hafidh Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam Tafsir-nya : "Ini merupakan nikmat Allah yang terbesar bagi ummat ini, dimana Allah telah menyempurnakan bagi mereka agama mereka sehingga mereka tidak butuh kepada selain agama Islam dan tidak butuh kepada Nabi selain Nabi mereka shalawatullahi wasalaamu alaihi. Karena itulah Allah menjadikan Nabi ummat ini (Muhammad shallallahu alahi wasallam, pent.) sebagai penutup para Nabi dan Allah mengutusnya untuk kalangan manusia dan jin, maka tidak ada perkara yang haram kecuali apa yang dia haramkan, dan tidak ada agama kecuali apa yang dia syariatkan. Segala sesuatu yang dia kabarkan adalah kebenaran dan kejujuran tidak ada kedustaan padanya dan tidak ada penyuluhan." (Tafsir Al Quranul Adzim 3/14. Dar Al Ma'rifat).

Pernah datang seorang Yahudi kepada Umar Ibnul Khattab Radhiyallahu 'anhu lalu ia berkata : “ Wahai Amirul Mukminin! Seandainya ayat ini : "Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Kusempurnakan nikmat-Ku bagi kalian dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian."... turun atas kami, niscaya kami akan jadikan hari turunnya ayat tersebut sebagai hari raya. Maka Umar menjawab : "Sesungguhnya aku tahu pada hari apa turun ayat tersebut, ayat ini turun pada hari Arafah bertepatan dengan hari Jum'at." (Riwayat Bukhari dalam Shahih-nya nomor 45,4407,4606).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai utusan Allah Ta'ala kepada ummat ini telah menunaikan amanah dan menyampaikan risalah dari Allah dengan sempurna. Maka tidaklah beliau shallallahu alaihi wasallam wafat melainkan beliau telah menjelaskan kepada ummatnya seluruh apa yang mereka butuhkan.

 Islam Adalah Agama Kedamaian

Secara etimologis atau secara lughawi kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh kepada Allah azza wa jalla.  Secara terminologis atau secara istilah, maknawi dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama wahyu yang mengandung ajaran pokok yaitu bementauhidkan Allah Subhanahu wa ta’ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Salallahu’alaihi wa salam sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh umat manusia, di mana pun dan kapan pun mereka berada, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.  

Ajaran kedamaian islam terdapat dalam Al-Quran sebagai pokok ajaran Islam. Dalam sejarah, Rasulullah Shalallahu’alaihi wa salam tidak selalu melaksanakan perang jika masih ada pilihan lain untuk menyebarkan agama Islam. Kedamaian, keadilan dan toleransi adalah hal yang ditekankan dalam Islam agar manusia semakin baik di dunia. Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan atau perang untuk memaksakan suatu keyakinan. Perang/Qital baru dilaksanakan apabila tidak ada pilihan lain dalam berdakwah dan hal itu semata-mata dilakukan untuk menjaga Agama Allah Subhanahu wa ta’ala tegak di muka bumi ini. Namun bukan berarti islam membenarkan seluruh agama. Sebab hanya Islam agama yang diridhai Allah di muka bumi ini. Allah berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima [agama itu] daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi“ (QS. Al Imran: 85 )

Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لا يسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولا نصراني ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أهل النار
Tidaklah seseorang dari umat ini baik dari kalangan Yahudi maupun Nasrani yang mendengar ajaranku kemudian mati dalam keadaan tidak beriman kepada ajaran yang aku bawa, kecuali ia menjadi penghuni neraka” (HR. Muslim)
Namun dalam hal ini islam menyerahkan seluruh keyakinan dan pilihan pada manusia itu sendiri-sendiri. Dan Allah tidak pernah memaksa hamba-Nya. Masing-masing hamba tersebut akan mendapatkan balasan sesuai dengan pilihan dan keyakinan yang dianutnya secara sendiri-sendiri. Oleh karena itulah para Ulama telah menyusun dalam banyak karanganya mana aqidah yang shahih/benar dan mana aqidah yang fasid/rusak/

Menjaga dan Merawat Persatuan Bangsa Adalah Kewajiban  Setiap Muslim

Diantara nikmat terbesar yang Allah berikan kepada kita adalah nikmat kemerdekaan. Setelah berabad-abad masanya bangsa kita dijajah oleh bangsa asing. Setelah bersusah payah leluhur/nenek moyang kita untuk berjuang memperoleh kemerdekaan maka menjaga dan merawatnya merupakan sebuah kewajiban bagi kita bersama. Karena tidak mungkin kita bisa menjalankan agama ini dengan secara kaafah/sempurna apabila kita masih terkukung oleh penjajahan. Imam Syathibi menjelaskan dalam kitabnya Al-Muwafaqath bahwa agama ini turun untuk menjaga lima hal yang meliputi (1) Hifdz ad-din, menjaga agama; (2) Hifdz an-nafs, memelihara jiwa; (3) Hifdz al-'aql, memelihara akal; (4) Hifdz an-nasab, memelihara keturunan; dan (5) Hifdz al-maal, memelihara harta. Maka menjaga dan merawat persatuan bangsa juga termasuk dari maqashid syari’ah.

Semuanya tidak akan bisa terjaga dengan baik apabila kita tidak timbul kesadaran dalam diri kita masing-masing untuk menjaga dan merawat bangsa ini. Satu hal yang telah kita maklumi bersama bahwa Islam datang untuk mewujudkan segala kemaslahatan dan merawatnya. Menghilangkan segala kemudharatan dan mengantisipasi kemunculanya. Hal ini merupakan karakteristik Agama Islam yang penuh dengan kesempurnaan. Hal ini terdapat di dalam banyak ayat diantaranya QS. Al-Baqarah: 103:

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara. dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Larangan untuk berbuat kerusakan di muka bumi juga telah ditekankan dalam banyak tempat dalam Al-Qur’an, diantaranya adalah firman-Nya,

  وَلاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفاً وَطَمَعاً إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar