ISLAM MENJAGA DAN MERAWAT PERSATUAN BANGSA DAN NEGARA
Oleh: Aya S Miza
(Alumni Pendidikan Kader Ulama Muhammadiyah Sumatera Barat)
Islam
adalah Agama yang Sempurna
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman
:
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الإِسْلاَمَ دِيناً
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian
dan telah kusempurnakan nikmat-Ku bagi kalian dan Aku ridha Islam sebagai agama
kalian." (Al Maidah : 3)
Al Hafidh Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam Tafsir-nya
: "Ini merupakan nikmat Allah yang terbesar bagi ummat ini, dimana Allah
telah menyempurnakan bagi mereka agama mereka sehingga mereka tidak butuh
kepada selain agama Islam dan tidak butuh kepada Nabi selain Nabi mereka shalawatullahi
wasalaamu alaihi. Karena itulah Allah menjadikan Nabi ummat ini (Muhammad
shallallahu alahi wasallam, pent.) sebagai penutup para Nabi dan Allah
mengutusnya untuk kalangan manusia dan jin, maka tidak ada perkara yang haram
kecuali apa yang dia haramkan, dan tidak ada agama kecuali apa yang dia
syariatkan. Segala sesuatu yang dia kabarkan adalah kebenaran dan kejujuran
tidak ada kedustaan padanya dan tidak ada penyuluhan." (Tafsir Al Quranul
Adzim 3/14. Dar Al Ma'rifat).
Pernah datang seorang Yahudi kepada Umar Ibnul Khattab Radhiyallahu
'anhu lalu ia berkata : “ Wahai Amirul Mukminin! Seandainya ayat ini :
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah
Kusempurnakan nikmat-Ku bagi kalian dan Aku ridha Islam sebagai agama
kalian."... turun atas kami, niscaya kami akan jadikan hari turunnya ayat
tersebut sebagai hari raya. Maka Umar menjawab : "Sesungguhnya aku tahu
pada hari apa turun ayat tersebut, ayat ini turun pada hari Arafah bertepatan
dengan hari Jum'at." (Riwayat Bukhari dalam Shahih-nya nomor
45,4407,4606).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai utusan Allah Ta'ala
kepada ummat ini telah menunaikan amanah dan menyampaikan risalah dari Allah
dengan sempurna. Maka tidaklah beliau shallallahu alaihi wasallam wafat
melainkan beliau telah menjelaskan kepada ummatnya seluruh apa yang mereka
butuhkan.
Islam Adalah Agama Kedamaian
Secara etimologis atau secara lughawi kata “Islam” berasal dari
bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama
yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh kepada Allah azza wa
jalla. Secara terminologis atau
secara istilah, maknawi dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama wahyu yang
mengandung ajaran pokok yaitu bementauhidkan Allah Subhanahu wa ta’ala
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Salallahu’alaihi wa salam sebagai
utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh umat manusia, di mana pun dan
kapan pun mereka berada, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia.
Ajaran
kedamaian islam terdapat dalam Al-Quran sebagai pokok ajaran Islam. Dalam
sejarah, Rasulullah Shalallahu’alaihi
wa salam tidak selalu melaksanakan perang jika masih ada
pilihan lain untuk menyebarkan agama Islam. Kedamaian, keadilan dan toleransi adalah
hal yang ditekankan dalam Islam agar manusia semakin baik di dunia. Islam tidak
pernah mengajarkan kekerasan atau perang untuk memaksakan suatu keyakinan.
Perang/Qital baru dilaksanakan apabila tidak ada pilihan lain dalam berdakwah dan
hal itu semata-mata dilakukan untuk menjaga Agama Allah Subhanahu wa ta’ala tegak
di muka bumi ini. Namun bukan berarti islam membenarkan seluruh
agama. Sebab hanya Islam agama yang diridhai Allah di muka bumi ini. Allah
berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ
مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
[agama itu] daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi“ (QS.
Al Imran: 85 )
Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لا يسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولا نصراني ثم يموت ولم
يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أهل النار
“Tidaklah seseorang dari umat ini baik dari kalangan
Yahudi maupun Nasrani yang mendengar ajaranku kemudian mati dalam keadaan tidak
beriman kepada ajaran yang aku bawa, kecuali ia menjadi penghuni neraka”
(HR. Muslim)
Namun dalam hal
ini islam menyerahkan seluruh keyakinan dan pilihan pada manusia itu sendiri-sendiri.
Dan Allah tidak pernah memaksa hamba-Nya. Masing-masing hamba tersebut akan mendapatkan
balasan sesuai dengan pilihan dan keyakinan yang dianutnya secara
sendiri-sendiri. Oleh karena itulah para Ulama telah menyusun dalam banyak
karanganya mana aqidah yang shahih/benar dan mana aqidah yang fasid/rusak/
Menjaga dan Merawat Persatuan Bangsa Adalah
Kewajiban Setiap Muslim
Diantara nikmat terbesar yang Allah berikan kepada kita adalah nikmat
kemerdekaan. Setelah berabad-abad masanya bangsa kita dijajah oleh bangsa
asing. Setelah bersusah payah leluhur/nenek moyang kita untuk berjuang memperoleh
kemerdekaan maka menjaga dan merawatnya merupakan sebuah kewajiban bagi kita
bersama. Karena tidak mungkin kita bisa menjalankan agama ini dengan secara
kaafah/sempurna apabila kita masih terkukung oleh penjajahan. Imam Syathibi
menjelaskan dalam kitabnya Al-Muwafaqath bahwa agama ini turun untuk menjaga
lima hal yang meliputi (1) Hifdz ad-din, menjaga agama; (2) Hifdz
an-nafs, memelihara jiwa; (3) Hifdz al-'aql, memelihara akal; (4) Hifdz
an-nasab, memelihara keturunan; dan (5) Hifdz al-maal, memelihara
harta. Maka menjaga dan merawat persatuan bangsa juga termasuk dari maqashid
syari’ah.
Semuanya tidak akan bisa terjaga dengan
baik apabila kita tidak timbul kesadaran dalam diri kita masing-masing untuk menjaga
dan merawat bangsa ini. Satu hal yang telah kita maklumi bersama bahwa Islam datang
untuk mewujudkan segala kemaslahatan dan merawatnya. Menghilangkan segala kemudharatan
dan mengantisipasi kemunculanya. Hal ini merupakan karakteristik Agama Islam
yang penuh dengan kesempurnaan. Hal ini terdapat di dalam banyak ayat
diantaranya QS. Al-Baqarah: 103:
وَاعْتَصِمُواْ
بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم
بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ
فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ
تَهْتَدُونَ
Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara. dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.
Larangan
untuk berbuat kerusakan di muka bumi juga telah ditekankan dalam banyak tempat
dalam Al-Qur’an, diantaranya adalah firman-Nya,
وَلاَ
تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفاً وَطَمَعاً إِنَّ
رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar