Senin, 04 Desember 2017

MEREKAYASA SEJARAH



MEREKAYASA SEJARAH 
Oleh: Aya S Miza 



Dalam sebuah syair dikatakan, “Buatlah nama yang harum dan indah untuk dirimu. Sebab kenangan indah oleh jasamu merupakan umur kedua setelah wafat.“ (Yauqi Bey)

Pada hakikatnya  ada dua jenis pemimpin yaitu:

1.       Seorang yang lahir di tengah masyarakat dengan merasakan dan memahami permasalahan yang dialami oleh warganya sehingga dia berjuang dan berkorban mati-matian tanpa mengharapkan pujian, semata-mata dia berjuang hanya karena mengharapkan wajah Allah. Dia berharap apa yang dia perjuangkan sebelum masa penghabisanya bisa bernilai dan bermanfaat bagi generasi mendatang. 

2.       Seorang yang menjadi pemimpin, namun sebenarnya dalam hatinya berkobar-kobar ambisi untuk menjadi pemimpin, sehingga dia memperoleh ketenaran dan popularitas agar dia bisa mendapatkan pangkat,  kedudukan, dan pengaruh, sedangkan masyarakat/warga masyarakat yang dia pimpin hanyalah alat baginya untuk memenuhi ambisi –ambisi pribadinya. Bila dia berhasil diapun melupakan janji-janjinya. Bahkan tidak ada waktu lagi untuk memikirkan warganya.  

Itulah dia dua pemimpin yang kita temui, sebab keduanya merasa dirinya selaku pemimpin. Memang menjadi pemimpin itu tidak mudah. Menegakan keadilan dan bertindak secara jujur. Berjalan di atas rel yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Selalu berfikir dengan cakrawala dan pandangan yang luas. Memiliki ilmu-ilmu yang positif. Suka bersahabat dan dapat melahirkan jiwa persaudaraan. Fa’tabirru ya Ulil Abshar ..

Jumat, 01 Desember 2017

"PEMBERDAYAAN" POTENSI MUHAMMADIYAH



 "PEMBERDAYAAN"  POTENSI MUHAMMADIYAH 

 

Kita tidak boleh memungkiri dan menutup mata, bahwa hampir semua kita yang aktif di Muhammadiyah atau merasa telah berbuat di Organisasi Muhammadiyah adalah “pekerja sambilan”. Karena tidak sepenuhnya mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran untuk program Muhammadiyah. bahkan belum pernah secara sungguh-sungguh membuat program bagaimana memberdayakan Muhammadiyah bagi kepentingan dan kemaslahatan umat sesuai tujuan ia didirikan.

Dan kita belum siap mengevaluasi apa saja yang sudah kita kerjakan dan seberapa jauh lagi perjalanan organisasi bias kita gerakan untuk bias tampil sebagai “yang diperhitungkan” dan disegani oleh rival-rival Muhammadiyah atau bahkan oleh saingan yang bertolak belakang dengan Muhammadiyah. belum siapnya kita mengevaluasi tersebut, karena kita sadar benar bahwa yang kita lakukan barulah sekedar bergerak begitu saja. Kita belum pernah bergerak dalam sikap melakukan perubahan di lingkungan kita sejalan dengan hakikat organisasi Muhammadiyah yang “tajdid” (pembaharu) di lingkunganya.

Hal itu sudah berjalan sejak bertahun-tahun lalu terjadi, sedangkan tantangan yang menghadang bagi berjalanya aturan Islam secara benar bukanya kita menyusut, malah terasa kian menonjol dan terang-terangan. Dan kita tahu, bahwa dalam hal perubahan kualitas “tangan Allah SWT” adalah pasif. Karena Allah tidak akan mengubah nasib Muhammadiyah, bila orang Muhammadiyah sendiri tidak berbuat untuk itu seperti disindirkan dalam firman-Nya. (QS. 13-al-Ra’du: 11).

Sehubungan hal tersebut, sudah waktunya semua “pekerja Muhammadiyah’ menghisab dirinya sendiri masing-masing setidaknya mempertanyakan:

1.      Seriuskah kita menyiapkan diri sebagai pekerja Muhammadiyah atau keberadaan kita sebagai aktivis Muhammadiyah hanya sambil menunggu diperolehnya pekerjaan di tempat lain, atau sambilan di hari tua?
2.      Apa saja yang dapat kita berikan berupa waktu -ilmu, keterampilan, materi- untuk tujuan Muhammadiyah. dan seberapa banyak?  .

H. Abdul Kadir Usman
Mantan Ketua Majelis Wakaf & Keharta Bendaan PWM SUMBAR

Rabu, 29 November 2017

MEMIMPIKAN MAJELIS TARJIH DAN TAJDID YANG BERKEMAJUAN

MEMIMPIKAN MAJELIS TARJIH DAN TAJDID YANG BERKEMAJUAN
Oleh: Aya S Miza
(Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Kota Padang)



“Ada tiga majelis yang tidak boleh terpisah di Persyarikatan, yaitu; Majelis Tarjih dan Tajdid, Majelis Tabligh, dan Majelis Kader” (Muchlash Abrar)

Banyak harapan yang digantungkan kepada Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) sebagai motor utama penggerak persyarikatan. MTT merupakan salah majelis tertua yang usianya sudah hampir 100 tahun. MTT merupakan tempat berkumpulnya Ulama Muhammadiyah dalam suatu Majelis untuk melakukan Ijtihad Kontemporer. MTT dianggap sebagai “Roh”nya persyarikatan. Ia bagaikan sebuah “ processor “ pada sebuah komputer, yang bertugas mengolah data yang masuk sebelum dikeluarkan lagi pada monitor.

Karena itu maju atau mundurnya suatu persyarikatan sangat ditentukan oleh majelis ini. MTT merupakan rujukan bagi Pimpinan dan bagi warga persyarikatan. Akan tetapi saat ini keberadaan MTT ini sangat kurang dirasakan manfaatnya. Boleh dikatakan tugas MTT sekarang ini hanyalah menentukan masuk-keluarnya bulan Ramadhan dengan ilmu hisab dan falaq, pembuatan kalender dan imsakiyah ramadhan, mengikuti Rakerpim, Rakernas, dan Munas Tarjih.

Padahal sekarang ini warga Muhammadiyah sudah banyak terinfiltrasi oleh faham-faham lain, seperti:  Salafiy, NU, HTI, MMI, FPI, JIL, ISIS , dll. Bahkan sering kali warga Muhammadiyah lebih suka merujuk kepada fatwa Ulama di luar Muhammadiyah..

Pernah dikatakan bahwa Muhammadiyah sekarang ini sudah menjadi organisasi Paguyuban dan Kemanusiaan. Muhammadiyah sudah mulai meninggalkan ciri khasnya, yaitu sebagai Organisasi Gerakan Islam Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dan Tajdid.

Apabila keadaan ini tidak mendapat pemikiran dan penanganan serius maka pada saatnya akan menjadi ancaman bagi warga dan persyarikatan pada umumnya. Sampai saat ini Majelis Tarjih dan Tajdid PP telah banyak menerbitkan buku-buku pedoman dan juga jurnal-jurnal ilmiyah. Namun sangat disayangkan produk-produk tersebut banyak yang tidak sampai kepada kita di daerah-daerah apalagi masyarakat luas. (ASM)

Selasa, 28 November 2017

REKAYASA KEPEMIMPINAN



REKAYASA KEPEMIMPINAN
Oleh: Aya S Miza  



Rekayasa Pimpinan yang digelar oleh Pimpinan “Papan Atas” yaitu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah terbukti berhasil menciptakan dinamisasi dalam perkaderanya. Akan tetapi, kepemimpinan “Papan Bawah” yaitu cabang dan ranting masih “setia” dengan banyak permasalahanya sendiri. Rupa-rupanya ide global yang dicetuskan oleh pimpinan “Papan Atas” belum begitu meresap kepada Pimpinan “Papan Bawah”, Tanya kenapa?

Kepemimpinan “Papan Bawah” yang mampu dijaring, sebagian besar belum pernah dikader secara intens (sungguh-sungguh). Sehingga, ada di antara mereka yang masih awam dengan pikiran-pikiran Muhammadiyah yang bercorak pembaruan. Mereka berMuhammadiyah karena tidak mengamalkan Qunut dan tidak membaca Ushali sebelum shalat.

Oleh karena itu kepemimpinan “Papan Bawah” perlu diperkuat dengan "darah segar" yang memiliki wawasan luas, muda, energik, dan kreatif. Karena realisasi program Muhammadiyah sampai ke tingkat akar rumput sangat ditentukan oleh kualitas kepemimpinan di ranting dan cabang. Kaderisasi kepemimpinan “Papan Bawah” ini nyaris dilupakan. Mereka yang duduk di ranting terkesan asal tunjuk saja karena sudah tidak punya pilihan yang lain.

Tetapi pada sisi lain, Muhammadiyah sebenarnya tidak kekurangan kader. Karena hampir setiap tahun Muhammadiyah banyak melakukan pengkaderan melalui ortomnya. Maj. Kader agaknya perlu mengkaji ulang fenomena ini. yang ironis. Kader-kader yang telah di kader di Pemuda, NA, IMM, IPM pada saat dibutuhkan malah melakukan “Pengangguran“. Oleh karena itu relevansi perkaderan perlu di tegaskan kembali, agar tidak terjadi gejala seperti ini. Wallahul Musta’an.

Padang, 29 November 2017

AL BASHAIR WA DAKHAAIR

 

Cara termudah agar disukai semua orang adalah tidak usah mengeluarkan pendapat dan pemikiran baru atau yang menyelisihi pendapat mereka. Sedangkan cara paling tepat agar tidak pernah salah adalah tidak usah melakukan apapun sama sekali. Manusia diciptakan bukan untuk bebas dari kesalahan, ia diciptakan untuk terus beramal, berkarya dan di sela-sela itu pastilah akan ada banyak kesalahan dan kekhilafan. 

Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam bersabda :

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

"Setiap anak Adam (manusia) selalu berbuat salah, dan sebaik-baik yang selalu berbuat salah adalah yang selalu bertaubat dan meminta ampun" .(HR. Tirmidzi)

Namun tidak sedikit orang yang selalu mencari-cari kesalahan kita atau menunggu-nunggu kapan kita melakukan kesalahan. Dan di saat kesempatan itu datang sungguh ironis, seakan kita tak punya lagi kebaikan yang tersisa dan seluruh diri kita hanyalah salah dan dosa. 

Wajarlah jika Imam Asy Syafi'i -rahimahullah- berkata :

لو أصبت تسعا وتسعين وأخطأت واحدة لترك الناس ما أصبت وأسرّوها وأعلنوا ما أخطأ فانفض عنك غبار الناس و عش سعيدا

"Jika engkau melakukan 99 perbuatan baik (benar) lalu engkau melakukan 1 kesalahan, pastilah manusia akan meninggalkan 99 kebaikan yang telah engkau lakukan lalu menyembunyikannya, tetapi mereka justru mengungkapkan dan mengumumkan 1 kesalahanmu itu. Maka Jauhilah debu-debu manusia dan hiduplah dengan kehidupan yang bahagia."

Imam Asy Sya'by berkata :

لو أصبت تسعاً وتسعين وأخطأت واحدة لأخذوا الواحدة وتركوا التسع والتسعين

"Jika engkau melakukan 99 perbuatan baik (benar) lalu engkau melakukan 1 kesalahan, pastilah manusia akan memilih 1 kesalahanmu dan meninggalkan (tidak mempedulikan) 99 kebaikanmu"

(Al Bashoir Wad Dakho'ir I/350)