Pesan DR.H.Suhairi Ilyas :
Belajar berdakwah ibarat orang belajar bahasa. Yang paling penting "berisi". Kalau tidak berisi, berarti tidak ada yang akan didakwahkan. Kalau tidak berisi tidak ada yang bisa dibicarakan. Metodologi juga penting, media dan sarana juga penting. Tetapi ibarat "cerek", teko. Kalau cerek tidak berisi, tentu cawan tidak bakalan dapat air dari cerek. Maka istilahnya orang yang mendengar pengajian disebut "mencawan", menerima limpahan dari cerek. Penceramah, pendakwah/da'i disebut "mencerek".
Yang terakhir ini, mencerek, jangan salah sebut ; menceret". Artinya : gacar kalau diundang naik mimbar, podium.
Tentu saja angkatan muda dan da'i2 muda Mihammadiyah, in syaa Allah, tidak akan senaif itu. Mereka terlatih tampil, belajar, dibimbing, dikader. Mungkin semangat kaderisasi ini yang perlu kita tingkatkan sesuai tuntutan era Muhammadiyah berkemajuan.
Selayang pandang, saya lebih optimis terhadap kemampuan da'i2, mubaligh muda Muhammadiyah sekarang. Karena mereka hidup di era teknologi super canggih, era digital, yang tentu saja lompatannya jauh lebih efektif dari dakwah konvensional.
Kalau boleh saya bernostalgia : Saya belajar dakwah dengan Buya Kesah Syarbaini, H.Z.A. Khatib Sampono, H.Aljabbar, dll, selain di madrasah dengan Buya H.Ramli Bakar ( gurunya Bpk. R.B.Khatib Pahlawan Kayo di Madradah tempo doeloe), di bawah tudung daun. Kalau hari hujan, para ustazd ini tidak membawa payung, karena di waktu itu, akhir tahun 1960 an - awal th 1970 payung masing barang langka di desa seperti desa kelahiran saya di timur Lereng Marapi.
Rata-rata ustazd2 ini jago silat Kumango dan Sungaipatai. Kalau ada jalan licin, menurun, kaki mereka mulai aktif "manyimbek" kaki kita. Apabila kita jatuh, ustazd berkata ; ahh, masih matah (mentah) waang baru mah. Acok2 ikuik samo nan gaek2 ko yo, bulieh dipalanca kaji.
Apa pesan ustazd zaman itu ?. Maksudnya : kalau da'i, mubaligh, jangan sekedar ahli di mulut saja (ceramah, pidato). Tetapi langkah ampek (bela diri), juga penting.
Di Muhammadiyah kita punya wadah Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Sebenarnya, kurang apa kita ?. Ini agaknya yang perlu kita pikirkan bersama-sama. Duduak baiyo-iyo.
"Pikir pelita hati, renung syurga akal".
Batam, 14.06.2021
Usman Alnas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar