Jumat, 08 September 2023

Surat Terbuka untuk Pimpinan Pusat Muhammadiyah

 Surat Terbuka untuk Pimpinan Pusat Muhammadiyah


Melihat betapa pengaruh sosial keagamaan Muhammadiyah menurut survei menunjukkan tren penurunan, maka ada beberapa hal yang ingin kami usulkan pada Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

1. Terlepas dari kelemahannya, Muhammadiyah memiliki modal sosial, ekonomi, jaringan, pakar dan SDM, dan amal usaha yang luas. Semua itu adalah modal yang masih cukup untuk mengenergizer diri sendiri.


2. Persoalan dasar Muhammadiyah adalah kurangnya referensi utuh, mudah dan lengkap yang menggambarkan akidah, ritual, dan akhlak Muhammadiyah. Hal ini tidak bermaksud mengabaikan HPT, fatwa Tarjih, pedoman-pedoman shalat, Buku Ismuba, atau produk lain yang sudah dicapai Muhammadiyah. Namun, saat kita punya TPQ, kita tidak memiliki acuan khusus untuk pembelajaran level TPQ. Saat kita punya pesantren, kita pun tidak punya acuan spesifik untuk pembelajaran di pesantren. Termasuk, saat orang ingin belajar agama secara otodidak dari sumber resmi Muhammadiyah, yang ditemukan adalah karya-karya potongan.


3. Perbaikan dasar di Muhammadiyah adalah kejelasan ideologi dan referensi yang mudah dipahami yang menggambarkan pokok keyakinan dan amaliyah Muhammadiyah, yang bisa dipakai guru TPQ, Imam masjid, pengajar pesantren Muhammadiyah, hingga untuk mengaji pegawai AUM maupun seluruh pimpinan dan warga Persyarikatan. Kejelasan ideologi ini menjadi pertanyaan banyak warga di bawah karena terlalu abstrak, tidak terkodifikasi dan tidak ada penjenjangan untuk pembelajaran.


4. Pedoman tersebut selaras dengan keyakinan dasar ahlussunah, tetapi bukan takliid pada ahlissunnah Asy'ariyyah atau ahlissunnah atsariyah, melainkan yang pokok dan rekonsiliatif, yang mampu mendamaikan esensi keduanya. Pokok-pokok ritual, itu juga sesuai dengan berbagai fatwa Persyarikatan.


5.. Pedoman singkat tersebut ditulis menjadi kitab-kitab kecil dengan judul yang bagus dan dikeluarkan resmi di Muhammadiyah dalam bahasa Arab, mau versi terjemah bahasa Indonesia. Kita butuh kitab:

a. Kitab al-Aqidah al-Muhammadiyah dari yang ringkas hingga yang kompleks, yang memuat keyakinan dasar akidah Muhammadiyah utuh sehingga bisa dipakai untuk hafalan anak-anak TK dan TPQ maupun dikaji oleh para santri Ponpes Muhammadiyah, serta didiskusikan oleh pada ahli. 

b. Kitab fikih (Kitab al-Fiqh al-Muhammadiyah) utuh yang bisa dipakai pembelajaran level dasar, semacam kitab al-Taqrib, sampai yang lebih kompleks, sekelas fikih Sunnah yang sesuai dengan putusan-putusan baku Muhammadiyah.

c. Kitab akhlak sederhana (Kitab al-Akhlaq al-Muhammadiyah) sekelas Akhlak Li al Banin, hingga akhlak filosofis, sekelas Tahdzib al-Akhlaq. 

d. Kitab pengajaran Tajwid dan Alquran (al-Qira'ah al-Muhammadiyah) yang bisa dipakai untuk pembelajaran anak hingga awam umum di masjid atau TPQ Muhammadiyah. 


6. Usaha tersebut membutuhkan biaya yang besar karena usaha serius pembenahan ideologi, manhaj dan amaliyah ini adalah investasi bagi jamaah dan jam'iyyah Persyarikatan. Jika proyek ini bisa selesai dalam satu periode kepemimpinan, maka adalah langkah terbesar bagi persyarikan. Kita punya ribuan ulama lulusan luar maupun dalam negeri. Insyaallah asal dikoordinasi, dikelola, dibiayai secara patut maka tugas tersebut tidaklah sulit. 


Semoga harapan ini bisa dijadikan perhatian bersama dan direspon Pimpinan Pusat Muhammadiyah



Semarang, 7 September 2023

Hormat


Ahwan Fanani

1. Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jawa Tengah 

2. Wakil Ketua PDM Kota Semarang, Koordinator, Bidang Lembaga Pengembangan Pesantren dan LHKP

Senin, 04 September 2023

TESTIMONI : GURUKU, Prof. Dr. H. Masnal Zajuli, MA (HAMZA).

 TESTIMONI : GURUKU, Prof. Dr. H. Masnal Zajuli, MA (HAMZA).

Selamat, telah menyelesaikan tugas pengabdian ke negara-bangsa sebagai PNS/ASN. Tujuh puluh tahun usia berlalu, suatu rahmat Allah swt. yang luar biasa untuk zaman ini. 

اللهم انا نسألك الرضى والتقى والعفو والعافية .

Beliau Prof.H. Masnal, pertama kali saya bertemu beliau di depan kelas Maret 1975. Beliau salah seorang tutor Bahasa Arab di Hikmat Study Club (HSC) Padang. Sebuah lembaga kursus yang didirikan oleh H.Suhairi Ilyas dan H.Dt. Rky. Endah.

   Perasaan saya larut entah kenapa, beliau tampil dengan Bahasa Arab yang Fashahah di telinga saya. Masih segar dalam ingatan saya sepotong syair yang beliau ungkap ; 

أكرم طبيبك ان أردت دواءه ×

        وكذا المعلم ان أردت التعلّم ×

Hormati doktermu kalau kamu ingin obatnya, begitu juga hormati gurumu kalau kamu ingin belajar.

    Hari-hari berikutnya saya tidak hanya belajar di kelas dengan beliau, di mana dan kapanpun. Bahkan saya sering nginap di kostnya Jln.Belakang Olo, sambil belajar mengetik teks Arab. 

  Sebenàrnya halaman ini terlalu sempit untuk menulis testimoni tentang beliau. Tetapi saya ungkapkan beberapa hal penting dan relefan untuk dikenang.

1. Pesan Buya Hamka dalam catatan harian H.Masnal ; Oh Haji !!. Kalau ada jalan menurun jangan lompati, biarlah tempuh jalan berliku asal ananda selamat". 

Panggilan haji sangat akrab dengan Masnal. Hampir-hampir nama Masnal banyak orang kampus tidak tahu. Padahal civitas akademika banya juga yang sudah menunaikan haji. Kalau ada bertanya ; mana haji ?. Telunjuk akan mengarah kepada Masnal. Medkipun di kanan-kiri beliau juga ada haji. Kenapa ?. Saya tidak tahu jawabannya. Kami, mhs angkatan saya (BP 1975) tidak ada yang panggil bapak sama beliau. Semua panggil Uda Haji. 

2. Peristiwa Galodo Gunung Marapi 30 April 1979. Berita media massa 01 Mei 1979, menjadi sebuah berita sangat menggemparkan di Sumbar bahkan Indonesia (mungkin juga dunia Internasional, karena media komunikasi waktu itu masih sangat terbatas). Buya Hamka datang dari Jakarta dituntun oleh H. Masnal Zajuli. Di bawah payung genggaman H.Masnal, Buya berkata ; "Haji !, Dulu kopi gunung Marapi ini harumnya sampai ke Jakarta. Tapi kini sudah berubah menjadi bau jagung dan kacang tempe". 

Pesan ini sering diulang-ulang oleh Ust.H.Masnal. Kenapa diulang-ulang?. Tentu beliau punya kesan tersendiri.

3. Pesan Nenek dari Sawahtangah ;" Karambie kalau masih tagak, jan kan urang, baruak sajo payah mamajeknyo. Tapi kalau lah rabah, koncek bisa kejamban di pucuaknyo". (Kelapa selagi berdiri tegak, jangankan manusia kebanyakan, monyet saja susah memanjatnya. Tapi seandainya kelapa itu sudah tumbang, katakpun dengan gampang bisa mengencingi pucuknya). Apa artinya ?. Mungkin ini balaghahnya orang tua-tua kita, bertamsil kepada alam. Selagi di atas, berdiri kokoh karena status sosial, jabatan dsb jangan lupa. Seandainya kita sudah rebah seperti kelapa, koncek (katak) pun tak segan dengan kita. Terima kasih Nenek (Allah Yarhamha). 

4. Surat ke Jogya.

     September 1989, saya baru kuliah S2 di IAIN SUKA JOGYAKARTA. Suatu sore datang pak post ngantar surat. Begitu dibuka terlihat sebaris kaligrafi ;

وليتلطف ولا يشعرن بكم أحدا  

Kenapa saya dikirimi ini ?. Saya kan bukan Ashabul Kahfi ?. Tidak saya tanggapi. Waktu libur semester, saya menemui beliau. Langsung beliau bertanya. Sampai nggak surat tempo hari ke Jogya ?.Saya senyum saja. Lalu beliau cerita tentang Ashabul Kahfi....Terima kasih, telah mengingatkan saya hidup di kota besar. Sekarang suratnya saya albumkan. 

5. Musibah.

    Beliau beberapa kali dapat musibah. Bapak H.Jamaan, salah seorang jamaah Masjid Nurul Ulya bilang ; Beliau ko lah acok kanai antak. Diantak bendi, diantak bemo, diantak pisau, jatuah di oto. Tapi lai alun maningga lai. Al-Hamdulillah, kok lai kapanjang umua beliau.

Rupanya ada prinsip dalam Tafsir al-Maraghi ; 

تنوعت الأسباب والموت واحد

Bermacam sebab yang datang, namun ajal cuma satu kali. 

Ini pula jawaban WA beliau dari Mekah ke keluarga di Padang 2007 terkait isu tsunami 30 meter akan terjadi di Padang.

Jawaban beliau ; Tsunami 30 meter, rumah kita 8 meter. Berarti rumah kita dilangkahi tsunami. Jawaban tidak rasional menurut saya dalam hati. Tapi beliau membalas WA dari keluarga di Padang tentu didasari keyakinant. 

6. Album Pakaian.

    Suatu kali isteri beliau, Hj.Musnaliza, merapi-rapikan lemari pakaian. Paling akhir, paling bawah ditemukan pakaian sobek, tapi bersih, rapi. Lalu ibuk Musnaliza bertanya ; ini pakaian siapa Uan ?. (Uan=panggilan kesayangan). Jawab H.Masnal ; tanya sama Usman. Kenapa ?. Ya, dia yang tahu jawabnya. Kejadiannya tahun l980an, jawabannya baru awal 2000.

Kenapa Uda Haji tidak menjelaskan sejak awal kejadian.?.. Tidak mau membebani pikiran isteri, toh masalahnya sudah selesai. Tinggal lagi kenangan.

7. Apakah perlu S2 ?.

    Pertanyaan beliau yang agak aneh. Apakah perlu S2?. Saya sulit menjawabnya. Saya kompromikan dengan Sdr.Yunahar Ilyas. Bagaimana menurut antum, ini pertanyaan guru kita. Yunahar bilang ; Kalau sekedar Nurul Ulya-Lubuh Lintah tak perlu S2. Semakin rumit jawabannya. Masa berlalu, tau-tau Drs.H.Masnal Zajuli, berangkat ke Maroko. Pulang menyandang gelar MA. Tak berselang lama kuliah lagi di UIN SH Ciputat. Pulang dengan gelar Doktor, yang mengantarkan beliau berhak menyandang prediket Prof.Dr.H.Masnal Zajuli. MA. 

8. Lughah Indonesia Lahjah Arab. 

Buya Hamka bercanda ; 

فاءذا هجّنت التواه فتفشرت الشرت

Haji ! ; Kalau engkau menghajan tuah, maka terpancarlah "al-cirtu". 

Apo tu Uda Haji ?. Tuah jan diajan, dado jan dibusuangkan. Biaso-biaso se lah. 

     Canda dan nasehat beliau, Prof.Dr.H.Masnal Zajuli, MA., serius atau tidak, agak sulit dibedakan. Tinggal hati kami sebagai murid dan teman-teman dekat beliau, berusaha menyelami kedalaman balaghah beliau dalam keseharian. Beberapa penggalan ungkapan di atas saya ikuti, catat, pahami. In syaa Allah akan selalu menjadi jembatan kasih, sebelum saya menunaikan sebuah washiyat beliau kepada saya. Semoga Allah swt.berkenan membalas jasa-jasa beliau terhadap saya dan keluarga, serta teman teman senasib sepenanggungan di Group Kompak 11 Padang.

Batam, 09 Desember 2020

Usman Alnas

Pesan Dr. Suhairi Ilyas

 Pesan DR.H.Suhairi Ilyas : 

Belajar berdakwah ibarat orang belajar bahasa. Yang paling penting "berisi". Kalau tidak berisi, berarti tidak ada yang akan didakwahkan. Kalau tidak berisi tidak ada yang bisa dibicarakan. Metodologi juga penting, media dan sarana juga penting. Tetapi ibarat "cerek", teko. Kalau cerek tidak berisi, tentu cawan tidak bakalan dapat air dari cerek. Maka istilahnya orang yang mendengar pengajian disebut "mencawan", menerima limpahan dari cerek. Penceramah, pendakwah/da'i disebut "mencerek". 

   Yang terakhir ini, mencerek, jangan salah sebut ; menceret". Artinya : gacar kalau diundang naik mimbar, podium. 

    Tentu saja angkatan muda dan da'i2 muda Mihammadiyah, in syaa Allah, tidak akan senaif itu. Mereka terlatih tampil, belajar, dibimbing, dikader. Mungkin semangat kaderisasi ini yang perlu kita tingkatkan sesuai tuntutan era Muhammadiyah berkemajuan.

   Selayang pandang, saya lebih optimis terhadap kemampuan da'i2, mubaligh muda Muhammadiyah sekarang. Karena mereka hidup di era teknologi super canggih, era digital, yang tentu saja lompatannya jauh lebih efektif dari dakwah konvensional. 

   Kalau boleh saya bernostalgia :  Saya belajar dakwah dengan Buya Kesah Syarbaini, H.Z.A. Khatib Sampono, H.Aljabbar, dll, selain di madrasah dengan Buya H.Ramli Bakar ( gurunya Bpk. R.B.Khatib Pahlawan Kayo di Madradah tempo doeloe), di bawah tudung daun. Kalau hari hujan, para ustazd ini tidak membawa payung, karena di waktu itu, akhir tahun 1960 an - awal th 1970 payung masing barang langka di desa seperti desa kelahiran saya di timur Lereng Marapi. 

    Rata-rata ustazd2 ini jago silat Kumango dan Sungaipatai. Kalau ada jalan licin, menurun, kaki mereka mulai aktif "manyimbek" kaki kita. Apabila kita jatuh, ustazd berkata ; ahh, masih matah (mentah) waang baru mah. Acok2 ikuik samo nan gaek2 ko yo, bulieh dipalanca  kaji.

   Apa pesan ustazd zaman itu ?. Maksudnya : kalau da'i, mubaligh, jangan sekedar ahli di mulut saja (ceramah, pidato). Tetapi langkah ampek (bela diri), juga penting. 

   Di Muhammadiyah kita punya wadah Tapak Suci Putera Muhammadiyah. 

   Sebenarnya, kurang apa kita ?. Ini agaknya yang perlu kita pikirkan bersama-sama. Duduak baiyo-iyo.

    "Pikir pelita hati, renung syurga akal". 


Batam, 14.06.2021 

Usman Alnas